Liputan6.com, Jakarta - Meski bentuknya kecil, busi menjadi salah satu faktor utama dalam sepeda motor. Jika busi mati atau tidak menyala, maka mesin motor dipastikan tak akan hidup.
Menurut situs resmi Wahana Honda, fungsi utama dari busi adalah memantik api di dalam ruang pembakaran motor. Posisinya di silinder head. Agar motor dapat berjalan, maka campuran bensin dan udara bakal dibakar oleh percikan api dari busi. Ledakan itulah yang membuat piston bergerak naik-turun.
Advertisement
Baca Juga
Posisi busi sendiri memang berbeda-beda. Untuk motor jenis bebek atau sport, biasa berada di sebelah kanan silinder head. Sedangkan motor matik akan lebih repot karena harus melepas bodi.
Untuk melepas busi caranya pun cukup mudah, cukup menggunakan kunci busi yang sudah disediakan di toolkit.
Untuk caranya, pertama, cabut kop kabel busi. Putar berlawanan arah jarum jam untuk melepasnya. Jika sudah tebuka, tinggal dicek kondisi elektroda busi, alias ujung busi yang menancap ke dalam ruang pembakaran.
Nah, untuk mengetahui apakah busi motor sehat atau tidak cukup dilihat dari warnanya, antara lain:
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Warna Busi
1. Warna elektroda kecokelatan atau merah bata. Tandanya pembakaran optimal. Anda tak perlu khawatir.
2. Warna elektroda menghitam. Tanda campuran udara dan bensin tidak seimbang. Lebih banyak bensin. Efeknya, konsumsi bahan bakar meningkat, alias boros.
3. Warna elektroda memutih. Tanda jika campuran udara dan bensin lebih banyak udaranya. Efeknya, motor akan lebih cepet panas. Jika terjadi hal itu tidak baik untuk daya tahan komponen di dalam mesin. Jadi cepat rusak
4. Warna elektroda hitam dan dipenuhi oli. Ini tidak baik, sebab indikasi oli masuk ke ruang bakar karena ring piston sudah jelek atau liner piston yang sudah baret. Oli yang ikutan terbakar akan membuat motor menghasilkan knalpot asap putih.
Advertisement
Akibat Telat Ganti Busi
Pada busi terdapat dua elektroda yang biasa disebut elektroda ground maupun elektroda pusat. Elektroda tersebut memiliki celah yang sudah disesuaikan oleh standar mesin yang digunakan.
Namun pada kondisi pemakaian tertentu elektroda tersebut mengalami erosi atau kerusakan yang menjadikan celah tersebut menjadi lebih lebar. Misalnya celah standarnya 0,7 mm tapi setelah digunakan menjadi 1,0 mm.
Perluasan celah inilah yang mengakibatkan deretan perubahan performa pada kendaraan sehingga kendaraan kita dirasakan tidak seperti baru kembali. Efek dari perubahan celah tersebut akan mengakibatkan rentetan penurunan performa akibat busi yang tidak dijaga kondisinya.
“Jika kayak gini komponen pendukung busi lainnya akan merasakan hal yang sama, diantaranya adalah tutup busi, kabel pengapian, koil, bahkan sampai dengan baterai yang kita gunakan akan terjadi penurunan performa. Sehingga kebutuhan transfer energi listrik yang awalnya – misalnya 1 Volt terjadi kenaikan 2 Volt. Ini mengakibatkan kinerja dari komponen pendukung lainnya harus kerja ekstra maksimal untuk mensuplai kebutuhan busi tersebut,” beber Diko Oktaviano, Technical Support PT NGK Busi Indonesia.
Jika sudah seperti ini yang dibutuhkan adalah mengganti komponen tersebut secara menyeluruh maupun sebagian. Karenanya Diko menyarankan sebelum hal itu terjadi gantilah busi tepat pada waktunya.
“Tidak perlu menunggu sampai kendaraan itu berhenti operasi atau mogok, karena kalau sudah seperti itu biaya servis komponen lain akan lebih mahal dibandingkan dengan biaya penggantian busi,” imbuhnya.
Reporter : Nazarrudin Ray
Sumber : Otosia.com