Liputan6.com, Jakarta Knalpot merupakan komponen pada sepeda motor yang sering dimofikasi. Alasannya mulai dari meningkatkan performa, hingga mendongkrak penampilan semata.
Sebenarnya, knalpot terdiri dari tiga bagian. Pertama adalah header, ujung yang menempel pada mesin. Header ini menempel pada midpipe atau kerap disebut sebagai leher knalpot. Terakhir adalah muffler yang bisa memberikan suara khas.
Setidaknya, ada dua jenis knalpot aftermarket yang beredar di pasaran, yaitu slip-on dan full system. Lantas apa bedanya?
Advertisement
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
1. Slip-on
Knalpot slip-on merupakan sistem yang hanya terdiri dari muffler saja. Jadi, jika membeli knalpot slip-on, Anda hanya mendapat muffler-nya saja. Sedangkan leher dan header masih menggunakan bawaan motor.
Sayangnya, tidak semua motor bisa dipasangi knalpot slip-on. Hanya beberapa jenis saja yang bisa silencer knalpotnya tidak jadi satu dengan leher, salah satunya Kawasaki Ninja 250.
Meski demikian, motor lain juga bisa menggunakan knalpot slip-on. Hanya saja, lehernya perlu dimodifikasi terlebih dahulu.
Mengenai pengaruhnya ke performa, tergantung pada setelan mesin, leher, tipe muffler. Beberapa pabrikan mengklaim bahwa produknya mampu meningkatkan performa motor.
Karena hanya terdiri dari muffler, biaya yang dikeluarkan cenderung lebih murah ketimbang membeli knalpot full system.
Advertisement
2. Full System
Seperti namanya, ketika membeli knalpot jenis ini, Anda akan mendapat semua bagian knalpot, yaitu header, leher, dan muffler. Karena itu, harganya cenderung lebih mahal dari knalpot slip-on.
Dengan begitu, berbagai model sepeda motor bisa menggunakan knalpot full system.
Biasanya, knalpot full system lebih baik dalam meningkatkan performa. Pasalnya, diameter yang disediakan lebih besar ketimbang bawaan motor.
Selain itu, bagian muffler lebih bebas hambatan sehingga gas buang langsung keluar. Akibatnya, putaran mesin bisa menjadi lebih tinggi.
Sumber : Otosia.com