Liputan6.com, Jakarta - Tak ada rotan, akar pun jadi. Mungkin hal ini sama seperti pelaku pencurian yang tak bisa menggasak mobil, maka mereka memilih mengutil bagian berharga di dalam mobil.
Pada dasarnya, meski telah menggunakan alarm mobil bukan berarti hal itu aman terhadap pencurian. Bahkan menurut Technical Service Executive Coordinator PT Astra Daihatsu Motor, Anjar Rosjadi, esensi alarm mobil adalah agar mobil tidak dicuri, bukan melindungi barang yang ada di dalam mobil.
Advertisement
Baca Juga
"Tapi ada juga alarm yang tipenya membaca getaran. Jadi kalau ada getaran dan itu diaktifkan, bisa jadi bunyi. Bahkan ada juga alarm yang akan bunyi jika disentuh, tapi memang sensitifitas bisa diatur juga,” jelas Anjar kepada Liputan6.com, Senin (2/7/2018).
Salah satu contoh alarm mobil tak bunyi jika terjadi aksi pencurian yaitu, ketika kaca mobil dipecah. Terkadang, karena pemilik mobil berbeda-beda, mereka tak menyadari cara mobil telah pecah kaca karena tak mengeluarkan suara alarm.
"Mostly alarm itu harusnya mendeteksi getaran, kalau dipecahi kaca secara kasar, bunyi, atau berisik, bisa jadi alarm bunyi. Tapi kalau lebih canggih pelaku menggunakan pemotong kaca karena tidak berisik," terangnya.
Saran
Untuk itu Anjar menyarankan, ada baiknya pemilik mobil melakukan penyetingan pada alarm mobil. Sebab, jika terjadi getaran maupun sentuhan alarm masih bisa menyala. Namun risikonya mobil akan berisik jika menyeting lebih sensitif
Sebaliknya, alam yang banyak dimiliki saat ini akan menyala untuk memberikan peringatan jika mobilnya akan dicuri.
Karena itu, ada baiknya menggunakan alarm yang lengkap, termasuk penggunaan fitur immobilizer. Selain itu, fungsi alarm juga bisa.
Selain itu, saran yang wajib diperhatikan adalah tidak menyimpan barang berharga di dalam mobil. Karena itu lebih berisiko terjadinya pencurian.
Advertisement