Sukses

Mobil Cina Menggeliat di Tanah Air, Bagaimana Nasib KIA?

Berdasarkan data Gaikindo, wholesale sales pabrikan mobil Korea Selatan, KIA, selama Januari-Juni 2018 hanya tercatat 122 unit.

Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, wholesale sales (penjualan pabrik ke delaer) pabrikan mobil Korea Selatan, KIA, selama Januari-Juni 2018 hanya tercatat 122 unit.

Parahnya, selama April-Juni 2018, KIA bahkan tak melakukan proses distribusi alias nol. Sebaliknya, merek mobil Cina di semester pertama 2018 ini cukup menggeliat dalam hal penjualan.

Itu terlihat dari catatan wholesale antara DFSK dan Wuling yang masing-masing menjual 394 unit dan 8.120 unit.

Tentu saja menurunnya penjualan KIA ini menjadi sebuah pertanyaan, apakah hal tersebut dikarenakan munculnya merek-merek mobil asal negeri Tirai Bambu.

Menanggapi hal tersebut, General Manager Marketing PT KMI Ridjal Mulyadi angkat bicara. Dia tak ambil pusing atau mempermasalahkan kehadiran merek mobil Cina.

“Jadi kehadiran mobil Cina itu sebenarnya menambah pilihan untuk customer,” singkat Ridjal saat ditemui di kawasan Pantai Mutiara, Jakarta Utara, Rabu (18/7/2018).

Saksikan Juga Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Ridjal sendiri menyadarai, bahwa produknya tergerus. Akan tetapi produk yang dipasarkan tidak berbenturan dengan merek mobil Cina.

“Memang efek secara keseluruhan ada, contoh main di range harga pasti ketemu untuk model KIA yang lain (bukan Grand Sedona), namun fitur dan kualitas berbeda,” terangnya.

Lebih lanjut Ridjal mengaku, KIA tak bisa menyesuaikan soal harga dan kebutuhan konsumen di Tanah Air. Sebaliknya, produk KIA diciptakan untuk produk global.

“Contoh standar servis dan segala macam, kita enggak bisa turunin jadi seperti itu. Kedua kita anggapnya positif (hadirnya mobil China) karena market jadi tumbuh besar, dengan harapan kita tambah besar,” jelasnya.