Sukses

Siap Diproduksi, Begini Pengetesan Baterai Motor Listrik UNS-Pertamina

Dalam proyek ini, pihak UNS melakukan riset untuk cell baterai, ITS mengembangkan battery pack, dan PT Pertamina (Persero) yang bakal menangani industrinya (produksi dan penjualan).

Liputan6.com, Jakarta - Dalam waktu dekat, industri baterai kendaraan listrik bakal mampu dikuasai Indonesia. Hal tersebut, terlihat dari berhasilnya kolaborasi Universitas Sebelas Maret (UNS), Institut Sepuluh Nopember (ITS), dan PT Pertamina (Persero) dalam menciptakan Lithium Ion Battery (LIB) murah untuk motor listrik.

Dijelaskan Ketua Pusat Unggulan Iptek Sistem dan Kontrol Otomotif (PUI SKO) ITS, Muhammad Nur Yuniarto, dalam proyek ini, pihak UNS melakukan riset untuk cell baterai, ITS mengembangkan battery pack, dan PT Pertamina (Persero) yang bakal menangani industrinya (produksi dan penjualan).

"Untuk yang sudah dipublikasi itu battery pack generasi kedua. Sementara yang sudah kami uji itu battery pack generasi pertama," jelas Nur saat dihubungi Liputan6.com

Lanjut pria ramah ini, untuk tahap pengujiannya sendiri, pertama pihak UNS meramu dan mencampur semua material baterai menjadi cell baterai. Kemudian dilakukan pengiriman kepada pihak ITS, untuk diperiksa apakah ada kerusakan baterai atau tidak.

"Setelah lolos, mulai kita pack battery. Kemudian, kita charge terlebih dahulu sambil di-balancing. Setelah balance, baru kita pasang di platform kendaraan listrik ITS," jelasnya.

Setelah berada di prototipe motor listrik ITS, kemudian baru diuji jalan. Dari pengujian tersebut, performa baterai karya anak bangsa ini kemudian dilaporkan ke UNS untuk dilakukan pengembangan selanjutnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

"Untuk generasi pertama kemarin, masih ada masalah dari sisi balancing dan beberapa masalah lain. Jadi, kita tidak lama menguji baterai generasi pertama tersebut. Saat ini, kita masih menunggu cell baterai generasi kedua dari UNS," tegasnya.

Untuk menciptakan baterai motor listrik, memang tidak mudah. Untuk melakukan riset, diperlukan waktu agar saat diproduksi massal dan kemudian digunakan oleh konsumen tidak terjadi masalah.