Liputan6.com, West Sussex - Selain tren elektrifikasi yang harus dihadapi oleh pabrikan supercar seperti McLaren, tren lain yang menjamur adalah segmen SUV. Sebut saja Lamborghini dengan Urusnya. Lantas, tertarikkah McLaren bermain di segmen SUV?
Dilansir Autonews, menurut CEO McLaren Mike Flewitt, setidaknya ada 3 pertimbangan McLaren dalam menentukan produk baru. Yang pertama, keputusan tersebut apakah produk sesuai dengan merek dan juga konsumennya.
Kedua, McLaren harus memiliki teknologi untuk menjadikannya sebuah mobil terbaik di kelasnya. Dan yang ketiga, McLaren harus menghasilkan uang dengan produk tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Menanggapi tentang segmen SUV, Mike tidak menentang kehadiran SUV, hanya saja itu bukan strategi yang tepat bagi McLaren. Terjun di segmen SUV merupakan sebuah langkah yang sangat mahal.
Pertama, kehadiran SUV akan mengurangi kemurnian merek McLaren sebagai brand supercar. Kedua, McLaren mengakui bukan ahlinya di bidang SUV. Biaya investasi akan sangat mahal jika melakukan riset dari nol untuk menciptakan mobil lebih baik dari Range Rover.
Dan yang ketiga, kehadiran SUV tak bisa mendatangkan uang akibat biaya investasi yang sangat mahal. Jadi SUV tidak memenuhi salah satu kriteria tersebut.
Saat ini McLaren memang sedang merencanakan perubahan powertrain, setidaknya model mereka yang terelektrifikasi bisa dilihat pada 2025 mendatang. Hal tersebut merubakan ambisi McLaren untuk menjadikan sportscar dan supercar menjadi mobil hybrid, akibat standar emisi yang semakin ketat di seluruh dunia. Yang pasti, SUV tidak ada dalam agenda mereka.Â
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Berapa Biaya Perawatan McLaren F1, Mahal atau Sangat Mahal?
Memiliki McLaren F1 sepertinya tidak hanya mahal saat membelinya saja, tapi juga dalam hal perawatan. Hal itulah yang dirasakan mantan pemilik McLaren F1, Bruce Weiner yang harus menyediakan dana ekstra besar untuk merawat supercar asal Inggris tersebut.
Melansir Carscoops, ditulis Rabu (13/12/2017), mantan pemilik McLaren F1 membeli mobilnya seharga US$ 1,2 juta. Setelah beberapa bulan, kemudian sang pemilik menjualnya, karena menemukan biaya yang sangat mahal untuk melakukan perawatan.
BACA JUGA
Selain itu, Weiner menegaskan bahwa pemilik F1 sebelumnya membayar US$ 300 ribu untuk cat ulang mobilnya. Ketika Weiner mengambil kunci, ia menemukan bahwa banyak komponen F1 yang perlu diganti setiap beberapa tahun sekali, bahkan jika mobil tidak digerakan.
Misalnya, sel bahan bakar perlu diganti setiap lima tahun sekali, dengan biaya US$ 100 ribu. Selain itu, kopling harus diganti dua sampai tiga tahun sekali, dengan biaya US$ 50 ribu.
Untuk diketahui, McLaren P1 dipersenjatai dengan jantung mekanis V8 berkapasitas 3,8 liter twin turbocharger yang dikombinasikan dengan motor listrik.
Dengan kombinasi mesin tersebut, daya keseluruhan yang dihasilkan supercar ini mencapai 916 Tk dengan torsi 928 Nm.
Advertisement