Sukses

Dolar Menguat, BMW Indonesia Tak Ambil Pusing

Menurut Vice President of Corporate Communications BMW Group Indonesia Jodie O'tania, keseluruhan bisnis BMW Group di Indonesia sebagian besar masih mengacu pada mata uang euro, bukan dolar.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar masih melemah hingga berada di atas level Rp 14.600 saat berita ini ditulis, hal ini pula membuat sejumlah sektor bisnis termasuk otomotif sangat dikhawatirkan. Tak sedikit pula membuat sejumlah perusahaan bakal menaikkan harga.

Di sektor otomotif, pengaruh kenaikan dolar dianggap sangat meresahkan. Namun begitu, ternyata tak semua pabrikan mobil merasakan pengaruhnya.

Setidaknya hal itu dialami pada merek mobil premium asal Jerman, BMW.

Menurut Vice President of Corporate Communications BMW Group Indonesia Jodie O'tania, keseluruhan bisnis BMW Group di Indonesia sebagian besar masih mengacu pada mata uang euro, bukan dolar.

“Namun kalau bicara soal impact dolar pasti ada, namun BMW akan melakukan berbagai strategi untuk meminimalisir impact tersebut,” jelas Jodie saat ditemui di pabrik perakitan BMW di PT Gaya Motor, Sunter, Jakarta, Kamis (6/9/2018).

Sebaliknya, kata Jodie, mata uang rupiah terhada Euro masih menguat. Karena itu, kenaikan nilai tukar dolar tak membuat harga BMW akan ikut terkerek melesat naik.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Seperti diketahui, saat ini beberapa model BMW yang dipasarkan di Indonesia sudah dirakit di Tanah Air atau completely knock down (CKD) seperti sedan Seri 3, Seri 5, Seri 7, hingga Sports Activity Vehicle (SAV) X1, X3, dan X5.

Sedangkan model BMW lain yang berstatus impor atau completely built up ( CBU) dari Jerman antara lain Seri 1, Seri 2, Seri 4, Seri 6, X4, dan Seri performa M.

Bahkan baru-baru ini BMW Group juga telah merakit mobil mungil asal Inggris, MINI Countryman untuk pasar domestik.