Sukses

Disuntik Dana Segar Rp 7,5 Triliun, Mobil Listrik Byton Siap Lawan Tesla

Tesla sepertinya harus mulai waspada. Satu demi satu lawannya mulai bermunculan, bahkan pabrikan Cina juga siap terjun di mobil listrik. Start-up listrik China, Byton baru-baru ini mendapatkan suntikan dana sebesar GBP 3585 juta atau Rp 7,5 triliun.

Liputan6.com, California - Tesla sepertinya harus mulai waspada. Satu demi satu lawannya mulai bermunculan, bahkan pabrikan Cina juga siap terjun di mobil listrik. Start-up listrik Cina, Byton baru-baru ini mendapatkan suntikan dana sebesar GBP 3585 juta atau Rp 7,5 triliun (Kurs GBP 1 = Rp 19.568). Dana itu diakui untuk membantu Byton bersaing bahkan mengambil alih pasar Tesla.

Mampukah? Di bawah kendali David Twohig, Byton terdengar optimis untuk bisa bertahan dalam persaingan mobil listrik. Mengingat tak sedikit pabrikan Cina yang stuck di posisi yang sama.

Laki-laki asal Irlandia yang pernah bekerja untuk aliasi Renault-Nissan-Mitsubishi itu membeberkan rencana Byton kepada Autocar, saat Pebble Beach Concours.

"Peluncuran akan dilakukan di Cina pada 2019, lalu Amerika Utara beberapa bulan kemudian, dan Eropa pada akhir tahun 2020. Awal tahun depan kami akan mulai membuat prototipe pertama," ujar Twohig.

Twohig melanjutkan, Byton akan memproduksi mobil listrik di pabrik Nanjing, Cina. Semua produk Byton akan menggunakan platform yang sama. Hal ini lantaran dana yang digunakan akan lebih efisien.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Soal desain, meskipun terlihat produk Byton menggunakan konsep 'three-box'. Twohig menyebutkan mobil Byton memiliki ruang terbuka di depan pengemudi dan penumpang.

"Itulah mengapa kami bisa membuat ide kursi yang dapat berputar 12 derajat saat mobil berjalan secara otonom," paparnya.

Disinggung soal mobil otonom, dirinya pun optimis. "Memang terdengar terlalu percaya diri, tapi kami menilai hal itu akan terjadi secara cepat," tambahnya.

Lalu, bagaimana Byton akan bisa menghasilkan uang di tengah banyaknya produsen EV yang gagal? Menurutnya, strategi rekayasa platform bisa sangat membantu. Terlebih Byton membangunnya di Cina, yang bisa menekan biaya produksi.

"Nanjing ini bukan pabrik kecil, tiap tahun 300.000 kendaraan dihasilkan di sana. Sementara industri ini memiliki margin yang rendah, maka itu biaya produksi perlu ditekan," ujarnya.

Selain itu, menurutnya, teknologi dan konektivitas kendaraan akan menghasilkan aliran pendapatan yang bahkan belum diketahui pihaknya.

"Hingga tahun 2006, kami berpikir bahwa telepon digunakan untuk menelepon. Tapi sekarang mereka menghasilkan banyak pendapatan yang bahkan tidak terpikirkan oleh kami. Begitulah kira-kira," tandasnya.

Sumber: Otosia.com