Sukses

Custom Culture Khusus untuk Motor Kustom Bermesin Besar, Benarkah?

Bicara dunia motor kustom, Indonesia tak kalah dibanding kreasi negara lain. Banyak hasil karya builder Indoneisa yang berjaya di dunia internasional.

Liputan6.com, Jakarta Bicara dunia motor kustom, Indonesia tak kalah dibanding kreasi negara lain. Banyak hasil karya builder Indoneisa yang berjaya di dunia internasional.

Namun, sering kali bahwa sepeda motor kustom Indonesia yang menonjol sampai ke ranah dunia identik dengan sepeda motor bermesin atau ber-cc besar. Pada akhirnya tidak bisa ditampik kalau hal ini memunculkan pakem tersendiri.

Pertanyaan ini pun sampai ke telinga builder kawakan nan legendaris asal Jepang, Shige Suganuma dari Mooneyes. Shige datang ke Kustomfest 2018 di Yogyakarta dan coba memberikan pandangan atas pakem tadi.Pada dasarnya, pakem adalah sesuatu yang sulit dikotak-kotakkan di dalam dunia kustom.

"Jika dibanding-bandingkan, ini sebenarnya sesuatu yang sulit. Sebab, tiap daerah, custom culture-nya bisa berbeda-beda. Custom culture juga punya dunia yang sama, tetapi juga tergantung dari mana dia berasal," ujarnya.

Entah itu dunia custom di Jepang, Eropa, Amerika, atau jika bicara Asia, ada Thailand, tiap negara menurutnya punya sisi tersendiri, dan sulit untuk dikomparasi.

Namun jika bicara keharusan mesin besar, Indonesia harusnya melirik Jepang sebagai saudara se-Asia. Kedua negara ini sendiri akrab dengan motor-motor kecil.

"Tidak harus dengan mesin besar. Kalau suka dengan yang kecil, buatlah. Seperti sepeda motor Jepang banyak juga bermesin kecil. Angkat saja keunikan dari negara kalian," kata dia.

Penulis: Nazarudin Ray

Sumber: Otosia.com

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Cocoknya Jadi Bahan Modifikasi, Anak Kustom Ogah Pilih Kawasaki W175

Motor retro terbaru PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI), W175 hadir dan menjelma menjadi bahan favorit untuk dimodifikasi. Namun, motor yang dibanderol paling murah Rp 29,8 juta ini, ternyata segmennya bukan untuk anak motor kustom.

Hal tersebut, diutarakan langsung oleh builder dan pemilik Katros Garage, Andi Akbar, di gelaran Suryanation Motorland Battle 2018 seri pamungkas, di Surabaya, Jawa Timur, pekan lalu.

Menurut pria yang akrab disapa Atenx ini, Kawasaki W175 segmennya lebih untuk anak modifikasi. Pasalnya, kustom dan modifikasi sendiri memiliki perbedaan yang cukup signifikan.

 "Sebenarnya, segmen Kawasaki W175 itu sama dengan yang punya Yamaha NMax. Kalau NMax itu matik, sedangkan W175 itu retro," jelas Atenx saat berbincang dengan wartawan, bebebrapa waktu lalu.

Lanjutnya, dengan memiliki Kawasaki W175, bagi newbie atau yang suka modifikasi hanya tinggal ganti ban tanpa rombak sasis dan lain-lain sudah bisa.

Namun, bagi anak kustom, saat membeli motor bahan, bakal dirombak total, dan itu yang dilihat Kawasaki ketika memunculkan W175.

"Makanya, bagi gua dan temen-temen, saat dahulu ini muncul (Kawasaki W175) tidak bakal laku karena mending kustom, kita beli harga yang sama tapi hasilnya maksimal," tambahnya.

3 dari 3 halaman

Selanjutnya

Sejatinya, modifikasi dan kustom memang memiliki perbedaan. Untuk modifikasi sendiri, saat melakukan ubahan di motor kesayangan masih memungkinkan ada yang sama atau mirip.

Sedangkan untuk kustom, benar-benar tidak ada yang sama, dan hanya si pemilik motor yang memiliki gaya atau ubahan tersebut.

"Sama seperti beli bodi kit NMax, pasti masih ada yang sama. Dan Kawasaki lihat itu, untuk pasar retro belum ada. Dengan harga yang menurut gua, dengan fitur yang ditawarkan mahal (Kawasaki W175), tapi tidak ada pesaing, dan motor baru bisa nyicil," pungkas Atenx sambil tersenyum.