Liputan6.com, Jakarta - Bicara perkembangan kendaraan ramah lingkungan di Indonesia, pemerintah sepertinya bakal mendorong penggunaan mobil hybrid dan plug-in hybrid terlebih dahulu. Bahkan, untuk riset yang dilakukan bersama antara Kementerian Perindustrian, Toyota Indonesia, dan Perguruan Tinggi digunakan mobil yang menggunakan dua penggerak tersebut, yaitu mobil listrik dan konvensional.
Dijelaskan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, dengan melibatkan Perguruan Tinggi mereka sudah melihat barangnya. Sekaligus, sudah mencoba tipe baik hybrid maupun plug-in hybrid.
Advertisement
Baca Juga
"Periode ini merupakan periode transisi, karena infrastruktur mobil listrik belum tersedia," jelas Airlangga saat berbincang dengan wartawan di Kantor Kemenperin, Selasa (5/11/2018).
Lanjut Airlangga, tentu saja penerapan mobil hybrid dan plug-in hybrid berhubungan dengan skala ekonomi. Pasalnya, untuk infrastruktur mobil listrik sendiri, seperti tempat pengisian baterai belum tersedia.
"Infrastruktur mobil listrik dipasang, mobil tidak banyak tentu ini tidak efektif sehingga kami mencari jalan untik mencapai volume. Sesudah volume, pilihannya adalah berapa tipe elektrik, yaitu teknologi baterai dan teknologi hidrogen. Jadi, itu beberapa langkah," tegas Airlangga.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Selanjutnya
Selanjutnya, dengan melakukan riset di perguruan tinggi, dan dengan akademis yang sama, dari riset hingga aplikasi di tempat yang sama. "Sehingga, tentu ekosistem itu (mobil listrik) bisa terpetakan di perguruan tinggi," pungkasnya.
Sebelumnya, pihak Kemenperin memang telah menyebutkan jika mobil hybrid atau plug-in hybrid lebih cocok diaplikasikan dibanding mobil listrik. Pasalnya, untuk menuju mobil listrik sepenuhnya dibutuhkan persiapan dan fasilitas infrastruktur yang tidak sederhana.
"Kita bisa lihat hybrid (kendaraan) untuk saat ini mungkin lebih cocok, dan kedua baru plug-in hybrid. Setelah infrastruktur bagus bakal melewati permasalahan umumnya," jelas Direktur Industri Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, saat seminar Focus Group Discussion 'Senjakala Industri Komponen Otomotif dalam Menghadapi Era Mobil Listrik di Indonesia'. Lanjut Putu, jika langsung beralih ke mobil listrik dengan seluruh tenaganya mengandalkan baterai, bakal sulit jika tidak ada infrastruktur pengisian baterai cepat.
"Kami mencoba membawa test drive hybrid dan plug-in hybrid, dan jika semua listrik bakal susah tanpa fast charging. Jika biasanya saya ke Bali hanya sehari, ini bisa tiga hari (tanpa fast charging)," pungkasnya.
Advertisement