Liputan6.com, Jakarta - Kecelakaan mengerikan dialami puluhan santri pesantren Miftahul Huda, di kawasan Greenlake, Cipondoh, Kota Tangerang, Minggu (25/11). Tiga santri tewas dan 20 orang lainnya luka berat.
Kecelakaan tersebut membuat penggiat keselamatan jalan raya sekaligus pendiri dan instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu angkat bicara.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Jusri, kecelakaan yang melibatkan kendaraan pikap digunakan kendaraan penumpang dan memakan korban jiwa bukanlah persitiwa pertama kali.
“Dan ini jelas sudah merupakan indikator lemahnya pemahaman masyarakat akan keselamatan sendiri. Bukan sopir saja, sekian orang pun tidak melihat itu ada ancaman perilaku seperti ini,” ungkap Jusri kepada Liputan6.com, Selasa (27/11/2018).
Jusri berpendapat, kecelakaan kendaraan jenis pikap yang membawa penumpang pada dasarnya dapat dicegah sejak awal, karena menyangkut banyak orang. Namun begitu, dia menyesali, tak ada satupun orang sadar untuk saling mengingatkan.
Saksikan Juga Video Pilihan di Bawah Ini:
Selanjutnya
Selain itu Jusri menyatakan, peristiwa ini seharusnya bisa dicegah dengan kehadiran pemerintah.
“Pemerintah selalu melihat penyebab kecelakaan langsung. Tapi mereka melihat hanya sebatas kesalahan-kesalahan saja, pelanggaran-pelanggaran, padahal penyebab kecelakaan itu ada dasarnya, dan penyebab dasar ini yang tidak dilihat (pemerintah),” ucapnya.
“Penyebab dasarnya adalah pemahaman tentang keselamatan bagi masyarakat luas, itu tidak tersosialisasi, tidak ditangani baik, dan terus adanya toleransi-toleransi terhadap aturan-aturan keselamatan,” sambung Jusri.
Lebih lanjut ia menyampaikan, seringnya kecelakaan pikap berpenumpang menjadi pekerjaan rumah pemerintah agar penyebab dasar kecelakaan bisa ditangani secara serius.
“Saya yakin, ini akan ada kecelakaan berikutnya, pasti, karena ini bukan pertama kali, kedua kali, ketiga kali, kesepuluh kali, sering kali,” tutupnya.
Advertisement