Liputan6.com, Jakarta - Kejadian nahas melibatkan Polisi Patwal Polres Mojokerto, saat bertugas mengawal konvoi salah satu komunitas mobil. Korban diduga bertabrakan dengan sebuah mobil yang melaju dari arah berlawanan, di daerah Mergosono, Kedungkandang, Magelang, Minggu (16/12).
Belajar dari kejadian tersebut, sebenarnya bagaiamana konvoi dilakukan dengan aman dan nyaman?
Dijelaskan Sony Susmana, founder SDCI (Safety & Defence Consultant Indonesia), setiap komunitas yang melakukan touring atau berjalan konvoi seharusnya sudah paham sekali pentingnya tentang safety driving.
Advertisement
Baca Juga
"Melakukan konvoi itu harus pinter, tidak perlu ada captain atau sweeper, atau ada tapi sifatnya tidak agresif dan tidak arogan. Tugas tersebut, bisa diambil dari salah satu anggota komunitas, dan sifatnya mengamankan," jelas Sony saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (17/12/2018).
Lanjut Sony, sejatinya konvoi adalah kegiatan untuk meminta prioritas. Namun, perlu diingat konvoi itu tidak menggangu pihak lain, karena sama-sama punya hak atas jalan raya. Kedua, tidak membahayakan orang lain, dan tidak merugakan.
"Teknik konvoi sederhana yang paling aman, adalah cluster. jadi, konvoi dibagi beberapa rombongan, satu rombongan ada captain dengan anggota lima sampai maksimal tujuh mobil. Kemudian, disusul rombongan kedua dan ketiga, dan tidak terlalu panjang," tegasnya.
Selanjutnya
Dengan sistem cluster ini, juga mobil atau kendaraan dalam satu rombongan tidak terlalu panjang, dan pastinya tidak menyusahkan pengguna kendaraan lain.
"Kalau merugikan orang lain kan, nama komunitasnya juga yang jelek. Walaupun, sudah bersembunyi di balik captain yang melakukan buka tutup jalan," pungkasnya.
Advertisement