Sukses

Nissan dan Mitsubishi Pecat Carlos Ghosn, Renault Mempertahankannya

Tidak bagi Renault, yang ternyata masih mempertahankan Carlos Ghosn yang ditangkap di Negeri Matahari Terbit ini beberapa waktu lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus pelanggaran keuangan berat yang dilakukan Carlos Ghosn, membuat orang nomor satu aliansi Nissan-Mitsubishi-Renault, dipecat oleh dua pabrikan asal Jepang. Namun, tidak bagi Renault, yang ternyata masih mempertahankan sosok yang ditangkap di Negeri Matahari Terbit ini beberapa waktu lalu.

Keputusan tersebut dibuat oleh Dewan pabrikan asal Prancis ini, pada hari Kamis (13/12/2018), dan tetap mempertahankan Ghosn sebagai CEO karena tidak adanya bukti yang menyebutkan kesalahan yang dilakukan Ghosn di Renault. Demikian dilansir AsiaNikkei, Senin (17/12/2018).

Dari hasil investigasi internal, Ghosn tetap mendapatkan kompensasi yang sesuai dalam aturan yang ditetapkan Renault.

Dengan keputusan ini, dan penolakan Renault terhadap hasil penyelidikan Nissan, membuat hubungan dua pabrikan ini menegang. Situasi ini, juga berpengaruh terhadap anggota aliansi lainnya, yaitu Mitsubishi Motors.

Untuk diketahui, Ghosn dituduh tidak melaporkan pendapatannya secara benar mulai 2011, setahun setelah Badan jasa Keuangan Jepang mengharuskan perusahaan yang terdaftar untuk mengungkapkan gaji eksekutif yang melampaui 100 juta yen. Sedangkan untuk gaji Ghosn, mencapai 4,98 miliar yen.

Sementara itu, pemegang saham pada pertemuan tahunan Nissan terkait gaji Ghosn. Sejatinya, Nissan dapat mencegah beberapa PHK karyawan, jika gaji Ghosn dipangkas. Namun, gaji Ghosn yang diungkapkan tetap tinggi menurut standar Jepang, dan sering mengacu pada standar industri global.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Fakta Carlos Ghosn Selama Pimpin Renault-Nissan-Mitsubishi

Bos aliansi terbesar di dunia, Nissan-Mitsubishi-Renault, Carlos Ghosn ditangkap. Sekarang, Nissan Motor Co. mengusulkan pada dewan direksi, untuk menggulingkan Carlos Ghosn sebagai pucuk pimpinan.

Ghosn, yang juga CEO Renault SA Prancis dan pimpinan aliansi Renault-Nissan memberi dampak yang besar. Seketika terjadi kemerosotan 13% saham Renault pada Senin kemarin (19/11). Tentunya ini seperti mimpi buruk bagi investor. Di sisi lain, faktanya Ghosn kondang dengan julukan sebagai "Le Killer Cost" di Prancis. Ini lantaran tangan dinginnya ketika menakhodai raksasa otomotif. Kemampuannya menyederhanakan sistem dan struktur perusahaan tak perlu dipertanyakan.

Sebelumnya, ada keinginan investor pada pria berusia 64 tahun ini. Ghosn diharapkan bisa memimpin upaya untuk menyederhanakan struktur perusahaan. Kemudian menyingkirkan "conglomerate discount” yang menekan nilai saham aliansi. Namun setelah perkara bergulir, pupus sudah harapan itu.

Kalau kita tarik beberapa tahun belakangan, aliansi sebetulnya mulai tampak bergejolak. Ada pekerjaan rumah yang mesti dibenahi. Masih seputar investor. Renault memiliki 43% saham Nissan, sedangkan Nissan juga memiliki 15% saham Renault. Belum ditambah persoalan Nissan yang mengambil 34% saham Mitsubishi Motors Corp. pada 2016. Memang, hasilnya menyumbangkan sebagian besar keuntungan aliansi.

Namun rupanya hal ini membikin struktur perusahaan menjadi sangat rumit. Dan para investor berharap Ghosn bisa menyederhanakannya. Pemegang saham menganggap, nilai negatif untuk Renault ketika mereka menghapus saham Nissan dan membuat penyesuaian lainnya.