Liputan6.com, Jakarta - Pengembangan kendaraan listrik atau mobil listrik di Indonesia bertujuan untuk menekan emisi gas buang (CO2) dan penurunan konsumsi bahan bakar. Namun, berdasarkan hasil studi dari Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), penggunaan mobil listrik di Indonesia tidak bakal berdampak besar.
Seperti dijelaskan Ichiro Kutani, Senior Research Fellow The Institute of Energy Economics Japan (IEEJ), hal tersebut jika pembangkit listrik yang dikembangkan masih berfokus pada penggunaan batu bara.
Advertisement
Baca Juga
"Jika masih menggunakan batu bara, dimana masih mengotori lingkungan. Walaupun kendaraan listrik banyak diproduksi, itu tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap perbaikan lingkungan," jelas Ichiro di kantor Kemenperin, belum lama ini.
Lanjutnya, jika dilihat dari inisiasi pemerintah tentang energi terbarukan, semakin banyak kendaraan listrik yang diproduksi akan meningkatkan energi hybrid, dan akan mendorong peningkatan dari pembuatan baterai yang akan disuplai ke kendaraan listirk.
"Dampaknya, terhadap pengembangan energi terbarukan tidak terlalu signifikan."
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Selanjutnya
Untuk dampak terhadap ekonomi, kita lihat dari tagihan impor energi atau minyak. Dengan semakin banyak baterai itu diproduksi untuk suplai kendaraan listrik, impor minyak akan turun.," tambahnya.
Sementara itu, dilihat dari peningkatan minat masyarakat untuk membeli kendaraan listrik, otomatis bakal merangsang industri investasi di Indonesia. Jadi, yang perlu diperhatikan, adalah harga mobil atau motor listrik untuk konsumen.
"Membuat energi terbarukan juga mahal, dan harga ini akan sulit untuk turun, masih akan tetap tinggi.
Untuk mendorong investasi, maka diperlukan subsidi, di mana nanti akan berdampak terhadap dana yang dipakai untuk mengembangkan energi terbarukan dan mereduksi mahalnya harga mobil listrik untuk konsumen. Supaya kendaraan listrik bisa dibeli masyarakat banyak, diperlukan subsidi yang besar," pungkasnya.
Advertisement