Sukses

Setelah B20, Jokowi Ingin Lompat Menuju Bahan Bakar Diesel B100

Pemerintah tengah berusaha mengurangi konsumsi bahan bakar yang bersumber dari bahan baku fosil. Bahkan, saat ini tengah diberlakukan program bio diesel B20 dengan menggunakan kelapa sawit.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah berusaha mengurangi konsumsi bahan bakar yang bersumber dari bahan baku fosil. Bahkan, saat ini tengah diberlakukan program mandatori bio diesel B20 dengan menggunakan kelapa sawit.

"Ke depan kami akan terus meningkatkan terus menjadi B100," jelas Jokowi saat debat Capres kedua, di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2).

Sementara itu, hingga saat ini, penggunaan bahan bakar B20 tersebut sudah diterapkan untuk kendaraan non-public service obligation (PSO) atau tak bersubsidi, dan bakal berlanjut untuk kendaraan pribadi.

Penerapan B20 ini sejatinya masih memiliki beberapa masalah. Meskipun begitu, beberapa produsen mendukung pengunaan bahan bakar B20 ini.

Salah satunya, Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI), yang bahkan sudah mengirimkan mesinnya ke Jepang untuk dites, dan di-running 1.000 jam, dan hasilnya bakal diinformasikan lebih lanjut.

"Untuk mesin tidak masalah, hanya di luar mesin kan ada komponen lain, seperti selang bahan bakar, filter, dan tidak hanya Isuzu, semua brand harus memperhatikan filter solar atau tangki bahan bakar," jelas GM Sales Division IAMI Yohanes Pratama saat berbincang dengan Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Untuk diketahui, program B20 adalah Program 20 adalah bahan bakar alternatif yang dibuat dengan mencampur bahan bakar Solar dengan biodisel dari produk pertanian yang bahan dasarnya menggunakan minyak dari kelapa sawit.

Jumlah B menunjukkan persentase biodisel, sehingga Biodisel 20 merupakan perpaduan 20 persen biodisel dan 80 persen Solar minyak bumi.