Liputan6.com, Jakarta - Mobil listrik milik Jaguar, I-Pace berhasil menjadi Car of the Year di ajang European Car of the Year Awards 2019. Mobil ini, mengalahkan beberapa model finalis lainnya, seperti Alpine A110, Citroen C5 Aircross, Ford Focus, Kia Ceed, Mercedes-Benz A-Class dan Peugeot 508.
Jaguar I-pace dipilih oleh 60 jurnalis otomotif dari 23 negara, dan penghargaan ini mengakui inovasi teknis, desain, kinerja, efisiensi, dan nilai sepadan dengan harganya.
"Kami sangat bangga bahwa kendaraan listrik pertama kami juga merupakan Jaguar pertama yang juarai European Car of the Year,"ujar Chief Executive Officer, Jaguar Land Rover, Ralf Speth, dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com, Selasa (12/3/2019).
Advertisement
Baca Juga
Jaguar I-Pace dirancang dan dikembangkan di Inggris. Model ini telah menikmati sukses penjualan besar secara global, dengan lebih dari 8 ribu pengiriman pelanggan hingga saat ini, dan 75 persen di antaranya untuk pasar Eropa.
Kendaraan ini didesain untuk mengambil keuntungan penuh dari powertrain listrik, dan arsitektur aluminium khas, sehingga menawarkan performa ala mobil sport yang dikombinasikan dengan kepraktisan SUV.
Selain itu, pengisian daya telah menjadi mudah bagi pelanggan dengan menggunakan layanan pengisian daya publik Jaguar, dan diakses melalui sebuah aplikasi khusus atau menggunakan kunci RFID.
Gara-Gara Brexit, Harga Jual Jaguar Land Rover Meroket?
Dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit berdampak cukup besar bagi industri otomotif. Salah satunya, dengan ditutupnya pabrik Jaguar Land Rover (JLR) di Negeri Britania, pada April 2019. Lalu, dengan penutupan tempat perakitan tersebut, apa dampaknya bagi penjualan di Indonesia?
Dijelaskan Jentri Izhar, Brand Director JLR Indonesia, untuk di pasar Indonesia sendiri memang belum ada pengaruhnya. Namun, jika diprediksi, penutupan pabrik JLR ini bakal mempengaruhi harga jual kendaraannya di pasar otomotif nasional.
"Pengaruhnya nanti lebih ke produksi, karena supply chain-nya nanti bagaimana tergantung dari sana," jelas Izhar saat berbincang dengan wartawan beberapa waktu lalu.
Sementara itu, untuk waktu pengirimannya juga tidak akan berpengaruh, karena tidak ada hubungannya dengan penutupan pabrik. "Pengiriman itu cukup fleksibel, jadi paling pengaruhnya di harga (lebih mahal)," tegasnya.
Berbicara soal strategi JLR dengan penutupan pabrik ini, memang belum dibicarakan lebih lanjut. Pasalnya, memang hingga saat ini belum ada pengaruhnya, dan harapannya jika ada dampaknya untuk di Indonesia sendiri, tidak terlalu besar dan mempengaruhi bisnisnya di Tanah Air.
"Mungkin teman-teman sudah dengar pengumuman JLR akhir-akhir ini. Kami pun sedang menghadapi isu sendiri di dalam Jaguar Land Rover, jadi isu Brexit ini menjadi tantangan kami berikutnya," pungkas Izhar.
Advertisement