Sukses

Mobil Listrik Produksi Indonesia Bisa Diekspor ke Australia

Dengan perjanjian perdagangan bebas tersebut, diproyeksikan mampu membuka lebih lebar peluang menggenjot ekspor mobil listrik ke Australia.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah menggenjot ekspor berbagai industri di Tanah Air. Salah satu sektor yang tengah difokuskan, dan menjadi unggulan, adalah otomotif. Terlebih, perjanjian kerja sama ekonomi komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) sudah resmi diteken antar kedua negara.

Dengan perjanjian perdagangan bebas tersebut, diproyeksikan mampu membuka lebih lebar peluang menggenjot ekspor mobil listrik ke Australia. Kerjasama ini, juga akan memberi peluang Indonesia untuk ekspor mobil listrik dan hybrid ke Negeri kanguru tersebut, dengan tarif preferensi 0 persen. Dengan penandatanganan itu, 6.747 pos tarif barang asal Indonesia akan dibebaskan bea masuknya ke Australia.

Dalam sepuluh tahun terakhir, industri otomotif di Australia menutup pabriknya karena pasar negara kanguru tersebut dianggap tidak menguntungkan bagi para produsen mobil. Untuk memenuhi kebutuhan kendaraan roda empat, selama ini Australia mengandalkan impor dari beberapa negara seperti Thailand, Jepang, China, dan India.

"Dengan demikian, potensi pasar otomotif di Australia sebesar 1,1 juta sudah terbuka bagi produsen Indonesia," ungkap Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, dalam siaran resmi yang diterima Liputan6.com, Rabu (13/3/2019).

Lanjutnya, berdasarkan tipe, permintaan mobil di Australia, jika digabung mobil penumpang dengan tipe Sport Utility Vehicle (SUV), setiap tahun bisa mencapai 70 persen dari total pasar di negeri tersebut. Mobil penumpang kerap kali diisi jenis mobil sedan ataupun crossover, sedangkan SUV serta mobil komersial yang paling banyak diburu tak lain adalah kabin ganda.

Daftar merek mobil paling laris di Australia antara lain Mazda 3, Toyota Corolla, Camry, Holden Toyota RAV 4, dan Hyundai i30.

Selain itu, mobil-mobil kabin ganda seperti Toyota Hilux, Ford Ranger, serta Isuzu D Max mencatatkan penjualan moncer. Rata-rata, penjualan Toyota di Australia mencapai 200.000 unit per tahun. Dengan hitungan tersebut, merek asal Jepang itu menguasai rata-rata 17,5 persen pasar otomotif.

Sejak lima tahun belakangan, volume pasar mobil di sana tidak bergeser jauh. Permintaan pasar tertinggi terjadi pada 2016, sebanyak 1,17 juta unit. Karakter pasar itu pun hampir serupa dengan Indonesia. Mobil penumpang mendominasi permintaan pasar Australia.

Saksikan Juga Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Kalahkan Thailand

Sementara itu, Airlangga menambahkan, saat ini pesaing industri otomotif Indonesia di Asia Tenggara hanya Thailand. Dengan dibukanya CEPA dengan Australia, ditargetkan ekspor otomotif Indonesia bisa melewati Thailand. Saat ini, produksi Thailand lebih tinggi dari Indonesia yakni sebesar 2,1 juta unit dengan ekspor 1,1 juta unit, sedangkan Indonesia produksinya 1,3 juta unit dan ekspor 346 ribu unit.

"Persentase ekspor Thailand 53 persen, Indonesia ekspornya 26 persen, dan sebagai catatan Thailand sudah memiliki Free Trade agreement dengan Australia, New Zealand, India, Jepang, Peru, Chile. Sedangkan Indonesia yang sudah berjalan baru dengan Jepang, Pakistan, Chile, Eropa," pungkasnya.