Liputan6.com, Jakarta - Yamaha Indonesia masih pikir-pikir dalam memasarkan motor listrik. Lantas apa alasannya?
Bukannya tak mau, pabrikan berlambang garputala ini beralasan, masih banyak permasalahan yang mengganjal jalan kendaraan ramah lingkungan itu. Yamaha sebenarnya pernah mendatangkan produk listriknya ke Indonesia, E-Vino pada 2017 lalu. Tapi kehadirannya sekadar untuk studi pasar dan bahan pembelajaran.
Dyonisius, Executive Vice President & COO PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) mengungkapkan, pihaknya menilai infrastruktur pendukung kendaraan listrik di Indonesia tak memadai. Seperti jumlah stasiun pengisian daya, misalnya.
Advertisement
Jikapun fasilitas itu tersedia, terdapat kendala lagi berupa penyeragaman infrastruktur. Bila masing-masing produsen mengembangkan versinya sendiri, konsumen bisa dirugikan. Makanya butuh standar yang bisa diterapkan di tiap model milik pabrikan.
“Kami sudah test market EV (Electric Vehicle). Kami sudah bicara berkali-kali EV itu, kondisi Indonesia itu perlu infrastruktur, charging-nya seperti apa, swap baterai seperti apa. Kalau tidak konsumen untuk membeli massal itu tidak bisa," ucap Dyon beberapa waktu lalu di Jakarta.
Masalah ini sebenarnya sudah mendapatkan solusi. Beberapa waktu lalu, empat pabrikan roda dua di Jepang: Honda, Kawasaki, Suzuki dan Yamaha akhirnya mengumumkan bekerjasama untuk mengembangkan motor listrik.
Â
Selanjutnya
Mereka akan membuat konsorsium yang memfokuskan pada pembuatan baterai yang bisa ditukar.
Berikutnya problem kompatibilitas antara spesifikasi unit dengan kebutuhan pengguna. Ia menilai teknologi kendaraan roda dua listrik, belum cukup memenuhi hal itu.
Pasalnya, konsumen Indonesia menjadikan motor sebagai kebutuhan utama. Mobilitas mereka cukup tinggi dengan jarak tempuh yang terkadang bisa sangat jauh (secara akumulatif). Belum lagi bila dihadapkan dengan kondisi yang tak memungkinkan seperti kemacetan.
Â
Advertisement
Selanjutnya
Sementara motor listrik, saat ini masih terbatas pada kemampuan jelajahnya. Sebagai gambaran E-Vino hanya dapat berjalan sejauh 30 km dari posisi baterai penuh hingga habis.
Itupun bila kecepatan rata-ratanya 30 km/jam. Kemudian keluaran tenaganya cuma 0,58 kW, berbanding jauh dengan skuter 110cc bermesin konvensional, yang mampu menghasilkan 6,27 kW.
Dari sisi pengisian daya, dibutuhkan waktu 3 jam dengan sumber daya yang tak kecil. Inilah yang dianggap menyulitkan konsumen.
"Selain itu distance dan speed. Kalau konsumen luar negeri jaraknya tidak begitu heavy pemakaiannya, Indonesia cukup heavy. Jadi faktor EV masih perlu waktu," terangnya.Â
Sumber: Oto.com