Liputan6.com, Jakarta - Peluncuran mobil ikonik PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), Suzuki Jimny hingga kini masih menjadi misteri. Padahal, tanda-tanda kehadiran mobil yang sudah dipamerkan di GIIAS 2018 dan IIMS 2019 sudah bermunculan.
Beberapa di antaranya, sejumlah dealer resmi yang sudah membuka buku pemesanan, ditemui tengah diangkut truk di ruas rol Jakarta, hingga sudah tercatat di situs Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) DKI Jakarta.
Dalam situs Samsat, di informasi nilai jual kendaraan bermotor Suzuki, dengan jenis Jeep, terdapat lima tipe kendaraan yang terdaftar, yaitu JB 424 W 4x2 AT dan MT yang disinyalir merupakan Suzuki Grand Vitara. Kemudian ada kode SN 413V (4x4) AT, yang disinyalir merupakan Suzuki Jimny generasi lawas.
Advertisement
Nah, urutan ke empat dan kelima dari daftar tersebut, ada mobil berkode 6GVX 4x4 AT dan MT. Kode ini, diduga kuat merupakan Jimny, karena merupakan model berpenggerak roda 4x4.
Dalam daftar tersebut juga tertera harga, yaitu Rp 246 juta untuk varian MT dan Rp 256 juta untuk varian AT.
Namun, harga ini bukan berarti harga yang bakal dijual untuk konsumen, dan masih ditambahkan dengan pajak kendaraan bermotor (PKB).
Sebelumnya, Head of Brand Development and Marketing Research 4W PT SIS, Harold Donnel, pihaknya masih mempertimbangkan harga jual Jimny di Indonesia.
Bahkan, pihaknya memang tidak ingin gegabah untuk memasarkan mobil yang cukup menjadi perhatian di pasar otomotif nasional.
"Kalau misalkan, taruhlah ini omongan-omongan kasar harga Jimny Rp 300 juta, saya bisa beli mobil apa lagi selain ini," ujar Harold di booth Suzuki Telkomsel IIMS 2019, beberapa waktu lalu.
Suzuki Takut Jimny Tidak Laku
Lanjut Harold, selama dipajang di beberapa pameran otomotif, memang yang tertarik dengan Suzuki Jimny merupakan konsumen yang sudah memiliki model sebelumnya alias pehobi.
Namun, bagi pembeli mobil baru, memang saat tertarik dengan Jimny namun harganya tidak sesuai, maka ada kemungkinan untuk memilih model lain.
"Kalau secara ilmu marketingnya sih, yang harus kita sasar para pehobi dulu. Populasi dapat, baru kita sasar segmen-segmen lainnya, idealnya seperti itu. Namun, kaya gitu atau tidak biar waktu yang menjawab," tegasnya.
Advertisement