Sukses

3 Pabrikan Mobil Ini Jarang Mengecewakan Konsumennya

J.D. Power melakukan survei terhadap konsumen di Amerika Serikat (AS) dan memaparkan hasil riset mereka. Riset tersebut berisikan pabrikan mobil yang jarang bermasalah.

Liputan6.com, New York - J.D. Power melakukan survei terhadap konsumen di Amerika Serikat (AS) dan memaparkan hasil riset mereka. Riset tersebut berisikan pabrikan mobil yang jarang bermasalah.

Ternyata, bukan pabrikan AS, Eropa dan Jepang dalam urutan atas. Melainkan merek Korea Selatan yang mendominasi. Produsen mobil Korea: Genesis, Kia dan Hyundai memimpin tiga perolehan nilai terbaik.

Hasil ini memperlebar jarak pada merek seperti Toyota dan Lexus, yang bercokol memimpin hasil dalam studi tahunan. Tidak satu pun merek Eropa, termasuk Mercedes-Benz dan BMW yang dibanggakan. Mereka tidak mendapat nilai di atas rata-rata pada 2019 ini. Sedangkan Ford, Lincoln dan Chevrolet (General Motor) masing-masing masuk peringkat 4, 5 dan 6. Lalu diikuti Nissan dan Dodge Fiat Chrysler.

Dalam satu dekade terakhir, peningkatan kualitas mobil mulai bermunculan. Menurut J.D. Power, sebagian besar produsen mampu menyelesaikan masalah yang mengganggu pada sistem infotainment. Namun ada lonjakan pada masalah klasik. Amsal sistem mekanis pada mesin, rem, suspensi dan bahkan cat. Menurut Dave Sargent, kepala riset otomotif J.D. Power. Pabrikan Korea sudah makan asam garam soal itu. Mereka membuat gebrakan dan menyempurnakan sistem selama beberapa tahun terakhir.

Sedikitnya keluhan pada mobil pun turut mengerek citra merek. Hyundai Motor Group, yang meliputi Genesis, Kia dan merek Hyundai sendiri, memiliki enam pemenang masing-masing segmen. Jumlahnya lebih banyak dari pabrikan lain. Siapa saja? Kita mulai dari Genesis G70 dan Kia Forte. Lalu unit yang juga ada di pasar Indonesia (tanpa pengurangan fitur): Hyundai Santa Fe, Kia Rio, Kia Sedona dan Kia Sportage.

 

2 dari 3 halaman

Nasib Pabrikan Jepang

Laporan 2019 juga turut membantu meningkatkan reputasi Detroit, sebagai industri otomotif di Negeri Paman Sam. Merek AS macam Ford dan divisi premium Lincoln berada tepat di belakang tiga merek Korea. Ini mencerminkan perubahan haluan yang signifikan bagi Ford. Beberapa tahun belakangan, pabrikan Amerika mendapat nilai kurang dalam survei. Sebab ada masalah pada transmisi. Juga sistem infotainment Sync berteknologi tinggi yang acapkali berkasus (error).

Tahun ini General Motors juga trennya naik. Merek Chevrolet berada di urutan keenam, tepat di belakang Ford. Dan GM memiliki lima pemenang segmen, lebih dari perusahaan manapun kecuali Hyundai Motor Group. Bebebrapa di antaranya, Cadillac Escalade, Chevrolet Equinox, Chevrolet Malibu, Chevrolet Silverado HD dan Chevrolet Tahoe.

Bagaimana dengan pabrikan Jepang? Faktanya hanya Nissan, Lexus dan Toyota yang berhasil menembus 10 besar. Secara berurutan mereka di peringkat ketujuh, kesembilan dan kesepuluh. Merek-merek yang sudah dikenal seperti Mazda, Honda dan Acura semuanya berada di bawah rata-rata. Bahkan Mitsubishi tetap berjuang di peringkat ketiga dari bawah, di antara 32 merek yang tercakup dalam survei 2019.

3 dari 3 halaman

Studi Kasus

Riset ini berfokus pada masalah pengalaman pembeli, selama 90 hari pertama kepemilikan. Kemudian hasilnya diakumulasikan jika ada masalah per 100 kendaraan. Jika mobil memiliki skor rendah, artinya tingkat keluhannya kecil. Ambil contoh, Genesis memiliki skor dari J.D. Power 63 poin. Lebih baik dari torehan Ford 83 poin.

Kalau skor semua brand dirata-rata, menghasilkan 93 poin. Mercedes-Benz harus puas dengan nilai 94 dan Mitsubishi memiliki 121. Sayangnya, Jaguar harus menjadi juru kunci. Ia menjadi terburuk dari 32 merek dan memiliki rata-rata 130 masalah. Ini berlaku untuk lebih dari satu keluhan per kendaraan rata-rata. Di sisi lain, produk premium (mereka menyebutnya individual product) terbaik dalam penelitian ini, Porsche 911 yang ikonik. Sportscar bikinan Jerman ini hanya memiliki 58 masalah per 100 kendaraan. Artinya, mobil ini memiliki kemungkinan kecil potensi kerusakan.

Tetapi, Dave Sargent mencatat, beberapa masalah klasik masih terjadi. “Tahun ini tak sedikit yang bermasalah pada hal teknis. Misalnya ketidaksempurnaan cat, sistem pengereman dan suara pada suspensi. Bahkan kerap terjadi mesin tidak hidup dan lampu engine check muncul lebih awal dalam pengalaman kepemilikan. Salah satu yang terpenting, lebih banyak konsumen mengalami masalah dengan sistem bantuan pengemudi canggih mereka. Padahal ini yang sangat penting, untuk membangun kepercayaan konsumen pada kendaraan otonom di masa depan," pungkasnya.

Sumber: Oto.com

Video Terkini