Liputan6.com, Jakarta Perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat ternyata berdampak besar untuk industri otomotif. Pasalnya, akibat hal tersebut, dua pabrikan kendaraan listrik asal Negeri Tirai Bambu, BYD dan JAC berencana untuk merelokasi pabriknya ke Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, salah satu produsen asal Cina yang sudah hadir di Indonesia, PT Sokonindo Automobile (DFSK Indonesia), melalui Marketing General Manager-nya, Permata Islam, mengaku senang dengan rencana kehadiran BYD di Tanah Air.
Advertisement
Baca Juga
"Tapi kami terus optimistis terhadap pasar persaingan otomotif di Indonesia, karena itu artinya memberikan pilihan yang banyak ke masyarakat," jelas pria yang akrab disapa Arta di sela-sela media workshop DFSK dan Forwot, Membedah Konsumen SUV di Indonesia, Jumat (12/7/2019).
Lanjutnya, masing-masing merek akan memberikan produk terbaik kepada konsumen dengan fitur yang canggih.
"Antisipasi DFSK? Tidak perlu, karena ini sesuatu yang bisa dikatakan dinamika pasar otomotif," tegasnya.
Menghadapi persaingan dari BYD dan JAC, strategi DFSK sendiri terus berusaha untuk melakukan update, baik dari sisi produk atau segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. "Kami berusaha untuk mempelajari kebutuhan konsumen," pungkasnya.
Pabrikan Mobil Listrik BYD dan JAC Ingin Investasi di Indonesia
Setelah Hyundai serius ingin berinvestasi di Indonesia, dua pabrikan mobil Cina rupanya melirik Indonesia untuk merelokasi bisnisnya. Dua pabrikan mobil tersebut adalah produsen mobil listrik BYD dan JAC, relokasi tersebut dilakukan karena perang dagang antara negeri tirai bambu dengan Amerika Serikat.
Deputi III Bidang Koordinasi Infrastruktur Kemenko Kemaritiman, Ridwan Djamaluddin di Jakarta, Rabu malam, menyebutkan minat tersebut terungkap dalam saat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan melakukan kunjungan kerja ke Cina pekan lalu.
Â
BACA JUGA
Â
"Mobil listrik mau relokasi, yaitu BYD dan JAC. BYD itu mobil yang kerja sama dengan Bluebird sedangkan JAC itu ukuran kelas mobilnya satu tingkat di bawah BYD, tapi itu besar (juga)," katanya yang turut mendampingi Luhut dalam kunjungan ke Cina, seperti dikutip dari bisnis Liputan6.com.
Menurut Ridwan, pembicaraan mengenai minat untuk relokasi telah beberapa kali dilakukan. BYD dan JAC, tambah dia, juga sudah masuk ke Indonesia bermitra dengan swasta.
Advertisement
Nilai Investasi
Namun, Ridwan menuturkan kedua perusahaan Cina itu tidak menyebutkan potensi nilai investasi yang akan ditanamkan di Indonesia.
"Mereka tidak mengungkapkan angka tapi sudah menyatakan minat. Syaratnya jelas dan lokasinya ada. Perpres sedang ditunggu," tuturnya.
Ada pun mengenai lokasi relokasi, kedua perusahaan itu belum mengungkapkan secara spesifik. Namun, lanjut Ridwan, Jawa Barat merupakan salah satu pusat industri otomotif yang bisa jadi opsi.
"Tapi kalau dia mau mendekatkan sama sumber baterainya bisa juga di luar (Jawa) sana," tukasnya.
Pekan lalu, Menko Luhut mengunjungi sejumlah pabrik di Cina. Hal itu dilakukan untuk memastikan investasi para pengusaha negeri tirai bambu ke Tanah Air juga bisa terealisasi dengan baik seperti halnya di negara asalnya.
Luhut mengunjungi antara lain pabrik baterai mobil listrik, pabrik mobil listrik hingga pabrik pengolah limbah dan bertemu dengan sejumlah pengusaha.
"Pak Luhut bertemu orang yang berpengaruh, dan bagusnya orang yang sudah berinvestasi di sini, di Morowali, adalah pengusaha yang terpercaya dan terkemuka sehingga beliau meyakinkan rekan-rekan pengusahanya untuk juga ikut berinvestasi di Indonesia," katanya.Â