Sukses

Menemukan Plus Minus Honda ADV150 dalam World Premiere Riding Experience

Karakter Honda ADV150 terlihat saat melibas jalan di Bali dalam pengetesan bertajuk World Premiere Riding Experience.

Liputan6.com, Bali - Akhir pekan lalu, Astra Honda Motor mengajak media, blogger dan vlogger untuk test ride Honda ADV150. Tak kurang dari 54 motor bergerak menjelajah Bali dalam World Premiere Riding Experience Honda ADV150.

Menurut Thomas Wijaya, Direktur Pemasaran AHM yang ikut dalam touring, “Gelaran ini merupakan touring menggunakan Honda ADV150 yang pertama kali di dunia. Kami ingin memberikan pengalaman tak terlupakan untuk para peserta."

Sebelumnya, test ride Honda ADV150 pernah dilakukan di trek pendek di daerah Serpong Tangerang Selatan, berbarengan dengan Gaikindo Indonesia International Auto Show 2019.

Kali ini, Honda ADV150 dihadapkan dengan kondisi jalan sebenarnya. Benarkah mantap dipakai untuk berpetualang sebagaimana AHM menjulukinya sebagai motor penjelajah?

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 6 halaman

Desain Manly

Sedikit review soal desain. Tak diragukan kalau motor ini laki banget. Tak seperti saudaranya, Honda PCX. Sangat berbeda karakternya. Konsep futuristis dan manly seperti yang selalu diulang-ulang AHM cocok dengan wujud aslinya. Apalagi ada windscreen yang bisa dinaik-turunkan posisinya tanpa buka baut, sebagai refleksi motor petualang.

Unsur lain yang menonjol selain lekuk tubuh sporti adalah bentuk setang. Mengandalkan tapered handle bar alias setang telanjang tanpa dibungkus cover plastik, juga menguatkan fungsional yang jantan. Seperti motor trail.

Catatan kejantanan juga kelihatan dari pilihan ban tahu. Ya, ban tapak lebar semi dual purpose pattern. Beda pula ukuran depan dan belakangnya, depan lebih besar 1 inci dari ukuran belakang yang berdiameter 13 inci. Ukuran depan 110/80 dan tapak belakang lebih lebar, 130/70.

Dari pilihan ban juga terlihat bahwa Honda ADV150 menjaga kestabilan depan dan mempertahankan grip di belakang bila diajak bermanuver agresif.

Juga soal suspensi. Twin subtank rear suspension Honda ADV150 boleh dapat apresiasi. Honda PCX saja masih mempercayakan suspensi konvensional, bahkan Yamaha NMax sekalipun menggunakan layout suspensi dengan sokongan sub tank tidak pada edisi pertama kehadirannya.

Konsep desain dan rancang bangun boleh dikasih jempol.

 

3 dari 6 halaman

Bagaimana Performanya saat Diajak Berlari?

Sebelum berangkat touring, Liputan6.com melakukan orientasi posisi duduk. Untuk mereka yang tinggi badannya di bawah 170 cm, tampaknya harus mengeluarkan usaha ekstra untuk menempati jok. Maklum, jok tinggi, 795 mm. Melangkahkan salah satu kaki ke sisi berlawanan bukan perkara mudah. Baik itu dari arah depan lewati dek tengah ataupun belakang 'mengangkangi' jok.

Nah dari sana juga duduk belum bisa pada posisi riding yang pas. Bokong baru bisa ditaruh sebagian supaya kaki bisa menapak. Nanti kalau sudah motor melaju, baru posisi bokong bisa digeser ke belakang. Pas di sana posisi ideal berkendara.

Begitu juga kalau nanti motor akan berhenti. Majukan dulu bokong ke depan. Bila tidak berarti kaki akan landing dengan kondisi jinjit. Kondisinya cukup mirip dengan Yamaha NMax. Beda dengan PCX yang joknya lebih pendek (764 mm) dan landai.

Satu catatan lain, jok tidak terasa empuk. Mirip dengan PCX. Tapi bahan pelapis yang tidak licin bikin tubuh tidak mudah bergeser turun.

4 dari 6 halaman

Lincah di Lalu Lintas Padat dan Jalan Menanjak

Keluar dari titik awal di daerah Sunset Road, Denpasar, rombongan yang dibagi dalam 4 kelompok sudah dihadapkan dengan kemacetan. Menyusup di antara mobil tampaknya bukan perkara sukar untuk Honda ADV150. Tak jauh beda dengan PCX. Liputan6.com pada touring kali ini pada varian ABS.

Setang bisa ditekuk dengan ringan dan mudah, manuver bisa lincah. Kedua motor Honda ini punya jarak sumbu roda yang terpaut sedikit, tak lebih dari 1 cm. ADV150 1.324 mm sementara PCX 1.313 mm. PCX juga lebih pendek 27 mm dibanding ADV150 yang panjangnya 1.950 mm. Lebar juga tak beda jauh. Jadi sangat tipikal keduanya meliuk di jalur padat.

Perjalanan menuju Jatiluwih melalui Mengwi dan Tabanan bukan masalah buat Honda ADV150. Rutenya masih di dominasi jalan lurus namun mulai menanjak. Pembangkit tenaga Honda ADV150 sama dengan PCX. Mengandalkan mesin 4 Langkah, SOHC, PGM-FI, berpendingin cairan, eSP dengan sistem suplai bahan bakar PGM-FI. Perbedaannya hanya pada pengaturan. Output Honda ADV dibuat lebih besar torsinya, 13,8 Nm sedangkan PCX hanya 13,2 Nm. Lumayanlah buat tambah kemampuan menanjak.

 

5 dari 6 halaman

Understeer

Lepas istirahat dan menikmati alam Jatiluwih dengan hamparan sawah yang punya sistem pengairannya, etape ke dua lebih menantang jalurnya. Menuju Kintamani, jalan masih menanjak bahkan terbilang terjal. Tekukan-tekukan jalan juga makin tajam.

Ternyata torsi motor bisa mengatasinya dengan baik semua tanjakan selama kita bisa menjaga momentum dan rpm. Catatannya justru ada pada ban, karena pakai tipe dual purpose, cengkeraman tidak terasa maksimal. Ada rasa understeer ketika menikung, rasanya ingin keluar jalur. Tapi kadang juga oversteer saat ban belakang terasa ingin melaju lebih cepat.

Suspensi juga punya karakter yang relatif keras, tapi nyaman untuk jalan lurus dan menikung.

Lepas etape 2, rombongan bergerak kembali ke Denpasar. Jalur ini masih dijumpai jalan berliku dan pastinya sekarang menurun. 2 kali di segmen ini Liputan6.com overshoot. Untungnya Honda ADV150 masih bisa dikendalikan. Tidak sampai keluar jalur memang, tapi cukup mendebarkan.

Evaluasinya, mungkin titik pengereman terlalu dekat sehingga overshoot. Bisa jadi tikungan yang dilewati punya kemiringan negatif. Tidak menutup kemungkinan juga ban tidak mencengkeram optimal. Atau Liputan6.com mengantuk selepas melahap makan siang. Hahaha. Semua mungkin.

 

6 dari 6 halaman

Kecepatan Puncak dan Konsumsi BBM

Setelah berkendara dengan kecepatan antara 40-80 km/jam, tiba saatnya rombongan melewati jalan By Pass IB Matra. Di sini tenaga Honda ADV150 yang keluar dari mesin 150cc diuji. Maksimal yang bisa dicapai hanya 102 km/jam. Rasanya masih bisa lebih, tapi kondisi lalu lintas tak memungkinkan lagi. Mungkin 110 km/jam bisa dicapai.

Mencapai garis finis di Galeria Denpasar, perhitungan bahan bakar kembali diintip. Melalui MID di dasbor, catatan konsumsi BBM yang bisa Liputan6.com raih adalah 49,7 km/liter. Sempat sebelumnya saat rehat di Jatiluwih, MID mencatat angka 42,3 km/liter.

Ada yang capaiannya lebih baik karena melewati 50 km/l. "Beda berat badan bro," selorohnya. Hahaha, bisa bisa.