Liputan6.com, Jakarta - Kecelakaan maut terjadi di tol Cipularang arah Jakarta, tepatnya di KM 91,4. Peristiwa naas ini melibatkan 21 kendaraan, dan mengakibatkan sembilan orang meninggal dunia serta delapan orang menderita luka berat.
Penyebab kecelakaan sampai saat ini masih terus diselidiki, dan dugaan sementara karena dump truk yang terguling di ruas tol. Hal itu diungkapkan langsung Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Rudy Sufahriadi. Akibatnya, kendaraan lain yang berada di jalur yang sama berhenti secara tiba-tiba hingga tabrakan beruntun tidak bisa dihindari.
Advertisement
Baca Juga
Sejatinya, jika berbicara kasus kecelakaan di jalan tol, terlepas apapun faktor yang mengakibatkan kejadian tersebut, pendiri sekaligus instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, mengatakan memang banyak yang harus diperbaiki dalam konteks masyarakat Indonesia yang belajar mengemudi dari pengalaman semata.
Para pengemudi ini sudah mengendarai mobil belasan sampai puluhan tahun hanya bermodalkan feeling dan keberuntungan.
"Seorang pengemudi yang baik adalah yang bisa melakukan manuver terencana. Artinya, saat melakukan pengereman terencana, belok kiri terencana, belok kanan terencana. Bukan, karena gerakan manuver mendadak atau refleks," jelas Jusri saat berbincang dengan Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Lalu, bagaimana seorang pengemudi bisa melakukan perencanaan mengemudi dengan kondisi jalan yang dinamis?
"Pertama, mendeteksi bahaya yang mengancam dan berpotensi mengancam dirinya. Bahaya bisa datang dari depan, kiri, belakang, kanan, bahkan atas. Pastikan indera mata bisa mendeteksi segala potensi bahaya dan ancaman dari awal, dan ketika bahaya tidak terlihat, maka sikapi dengan meningkatkan kewaspadaan," pungkasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Antisipasi Kecelakaan yang Disebabkan Orang Lain
Sementara itu, seharusnya pengendara juga perlu mengetahui defensive driving untuk terhindar dari kecelakaan yang disebabkan ulah pengendara lain.
Hal itu diungkapkan secara langsung oleh Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana. Meski sudah berada di lajur yang benar dan sesuai dengan panduan safety driving, pengendara tetap harus waspada.
"Selama ini orang sudah paham safety driving, mengemudi sudah aman. Tetapi tidak mengantisipasi kecelakaan yang disebabkan pengemudi lain. Hal ini jarang disosialisasikan kepada pengendara," kata Sony.
Salah satu hal sederhana yang banyak dilakukan pengendara saat berkendara di jalan bebas hambatan ialah 75 persen memilih menggunakan lajur kanan karena tekstur dan kondisi jalan dinilai lebih baik.
"Banyak mobil berkendara di sebelah kanan, padahal itu hanya untuk menyusul. Di lajur kiri biasanya enggak mau karena sudah rusak oleh kendaraan berat," ujar Sony.
Advertisement