Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah saat ini terus mendorong pengembangan industri kendaraan listrik di Tanah Air. Berbagai cara terus dilakukan, termasuk dengan menyiapkan peraturan dan insentif untuk mendukung keberadaan mobil listrik atau motor listrik ini.
Dijelaskan Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan, Indonesia memang harus segera menuju kepada mobil listrik. Pasalnya, jika kendaraan listrik sudah berkembang cukup pesat, ada empat keuntungan yang bisa dirasakan.
Advertisement
Baca Juga
"Pertama, kebutuhan energi untuk kepentingan energy security (keamanan energi) kita masih impor kurang lebih 500 sampai 600 ribu barel setiap hari. Bayangkan, cukup besar kebutuhan US dolar untuk impor," jelas Moeldoko saat pembukaan Indonesia Electric Motor Show (IEMS) 2019, di Balai Kartini, Rabu (4/9/2019).
"Kedua, kita harus memikirkan anak cucu kita terhindar dari lingkungan yang semakin hari semakin tidak sehat karena cakupan emisi, emisi yang beredar sungguh meningkat luar biasa. Maka udara harus segera kita bersihkan, melalui mobil listrik tentunya," tegasnya lagi.
Keuntungan selanjutnya, Indonesia juga harus meningkatkan kapasitas nasional. Pasalnya, dari rasio kepemilikan mobil, Indonesia masih cukup kecil dengan perbandingan 1000 orang/84 mobil. Jadi, jika peluang tersebut dimaksimalkan, pasar kendaraan roda empat di Tanah Air akan semakin berkembang.
"Terakhir, kita harus menyehatkan PLN. Pada malam hari pukul 11 sampai 5 pagi itu pada posisi turun utilitasnya. Dengan adanya mobil listrik, maka pada jam itu lah kita semua mengisi baterai, maka PLN akan mendapatkan sebuah keuntungan yang semakin baik ke depannya," pungkasnya.
Bahan Utama Baterai Kendaraan Listrik Melimpah di Indonesia
Pemerintah semakin gencar mendorong hadirnya industri kendaraan listrik di Indonesia. Tidak hanya bicara soal mobil dan motor ramah lingkungan, namun peluang bisnis industri baterai.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menegaskan 80 persen bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik ada di Indonesia.
Â
BACA JUGA
Â
"Nickel ore dulu tidak bisa dibuat apa-apa. Sekarang dengan teknologi baru bisa menjadi absorbcobalt dan ini merupakan material utama lithium baterai. Sekarang lithium baterai itu sampai 80 persen ada di Indonesia," kata Luhut di Balai Kartini, Jakarta.
Melihat hal tersebut, pemerintah yakin pembuatan baterai kendaraan listrik bisa dilakukan di Indonesia, sehingga Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) semakin optimal.
"Sekarang kita lihat (bahan baku ada), kenapa tidak dibuat langsung (baterai) di Indonesia," ujar Luhut.
Advertisement
Bukan Wacana
Menggandeng sedikitnya empat perusahaan terkemuka, Luhut yakin pembangunan pabrik baterai untuk kendaraan listrik bukan sekedar wacana.
"Kami akan melibatkan Panasonic, LG, Mercedes-Benz, VW, karena semua mereka punya kepentingan di sini. Jadi bukan Cina lagi, tapi semua yang memiliki kepentingan sama untuk mencari efisiensi masalah lingkungan, masalah pengurangan energi fosil," tutur Luhut.Â