Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terus melakukan penyidikan terkait penyebab kecelakaan beruntun di tol Cipularang arah Jakarta. Dari hasil penyelidikan diketahui truk mengalami kelebihan muatan hingga 300 persen.
"Over loading itu. Satu mobil itu kelebihan logistik nya 300 persen. Dua duanya satu perusahaan. Sama (berlebih muatan)," kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi di Balai Kartini, Jakarta.
Advertisement
Baca Juga
Menggunakan truk merek Hino, Budi mengaku telah berdiskusi langsung dengan teknisi perusahaan terkait. Ia menjelaskan truk yang kelebihan muatan tentu membuat rem tak bisa bekerja maksimal.
"Tadi malam saya diskusi dengan teknisi dari Hino. Kalau mobil Hino, dinaiki dengan muatan seperti itu memang alat kerja remnya itu enggak maksimal, panas. Suatu saat panas itu bisa enggak terkendali," ujar Budi.
Meski terkadang masih bisa berhenti, truk yang kelebihan muatan tentu membuat kinerja rem menjadi tak maksimal. Hal tersebut tentu membahayakan pengguna jalan lain.
"Kemudian bisa juga tapi dipaksakan, misalnya dia melakukan pengereman di sini berhentinya beberapa meter di depan. Dua duanya bermasalah menyangkut masalah remnya. Dan kelebihan muatan jadi nabrak semua di depan," tuturnya.
Rencana Penambahan Fitur Keamanan
Humas PT Jasa Marga Cabang Purbaleuyi Nandang sebelumnya mengungkapkan pihaknya berencana menambah fitur keamanan tambahan di KM 91 Jalan Tol Purbaleunyi. Diantaranya adalah penambahan lampu PJU. “Untuk jumlah dan sebagainya masih dikaji dulu,” jelasnya.
Selain itu, akan dibuat jalur pengaman tambahan di kanan kiri bahu jalan tol berupa urukan pasir. Urukan akan meninggikan badan jalan sehingga jika suatu saat terjadi rem blong dan kendaraan keluar jalur, akan ditahan oleh badan jalan pasir tersebut. Tidak langsung nyungsep ke jurang.
Sementara untuk rambu, menurut Nandang sejauh ini masih cukup. “Apakah nanti akan ditambah kita lihat dulu,” jelasnya. Para pengendara yang melintas di KM 91 meski berhati-hati bila melaju dengan kecepatan tinggi karena badan Jalan Tol Purbaleunyi di lokasi tersebut memang menurun. Kontur pegunungan membuat badan jalan agak tinggi dengan jurang di kanan kiri jalan.
Sejak bulan Februari hingga September 2019 saja, sudah 3 kali kecelakaan yang terjadi di sekitara Km 90-hingga 91. Selain itu, ramai diperbincangkan bahwa badan jalan KM 91 tidak aman karena rawan longsor. Menurut Kepala Sub Bidang Mitigasi Pergerakan Tanah Wilayah Barat PVMBG Sumaryono memang kawasan tersebut memiliki resiko gerakan tanah lambat. “Tapi memang sudah ada dari dulu. Jadi tidak ada kaitannya dengan kecelakaan,” jelasnya.
Sumaryono mengatakan, sepengetahuannya, pihak jalan tol telah melakukan beberapa rekayasa engineering untuk mengatasi potensi gerakan tanah ini. “Lereng-lereng sudah diperkuat untuk Km 91-92,” katanya.
Advertisement