Liputan6.com, Jakarta Komponen terpenting untuk kendaraan listrik adalah baterai. Oleh karena itu, Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, mengungkapkan baterai harus benar-benar dikuasai oleh Indonesia.
Menurut Moeldoko, empat komponen mobil listrik termasuk baterai, motor, motor controller dan charger station. Kalau bisa dibangun mandiri, semakin dekat menuju harga murah untuk mobil listrik. "Karena kita bisa membangun motor sendiri, kita bisa membangun baterai sendiri. Baterai itu terdiri dari tiga: baterai cell, kedua managing baterai dan ketiga packaging-nya," ujar Moeldoko di pameran kendaraan listrik IEMS 2019.
Advertisement
Baca Juga
Sementara dari bagian baterai itu, masih kata Moeldoko, semua bakal bisa disiapkan dari dalam negeri. Managing baterai diklaim sudah ada ahlinya di Indonesia dan baterai cell bakal diproduksi di Morowali. Sedang packaging atau casing baterai, juga diklaim mudah diproduksi lokal.
"Jadi, apa yang saya bicarakan tidak lama lagi akan terwujud. Begitulah saya berprediksi kalau mobil listrik sekarang harganya mahal, tapi sebentar lagi mobil listrik menjadi konsumsi yang bisa dinikmati oleh masyarakat Indonesia secara luas," ucapnya. Dari perkiraan, sekitar 2 tahun, bisa kurang, pabrik baterai dalam negeri rampung dibangun.
Business France Country Director, Rachid Boulaouine, punya pemikiran sama dengan Moeldoko. Menurutnya, hadirnya pabrik baterai sangat menguntungkan bagi elektrifikasi suatu negara. "Seperti tadi disebut, ongkos kendaraan listrik memang tinggi. Keuntungan yang dimiliki Indonesia pada sektor ini (elektrifikasi), adalah kemungkinannya dari basis baterai (pabrik). Kalau lihat pewartaan, saat ini Prancis, Jerman juga mulai beralih memproduksi baterai. Indonesia juga bisa dan ini adalah keuntungan terbesar. Pada akhirnya baterai bisa diproduksi lokal dan jadi solusi untuk ongkos kendaraan listrik lebih murah," ungkapnya saat jadi pembicara seminar terkait elektrifikasi di Prancis pada IEMS 2019.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bahan Baku Ada di Indonesia
Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, ikut berpendapat. Menurutnya, 80 persen bahan baku pembuatan baterai sudah tersedia di Indonesia. "Nickel ore dulu tidak bisa dibuat apa-apa. Sekarang dengan teknologi baru bisa menjadi absorb cobalt. Ini merupakan material utama baterai lithium. Sekarang (bahan) baterai lithium itu sampai 80 persen ada di Indonesia," kata Luhut. "Sekarang kita lihat (bahan baku ada), kenapa tidak dibuat langsung di Indonesia?" imbuhnya.
Ditegaskan, pembangunan pabrik baterai bakal melibatkan setidaknya empat perusahaan besar. Kata Luhut, perusahaan seperti Panasonic, LG, Mercedes-Benz dan Volkswagen bakal terlibat. Lantaran punya kepentingan dengan berdirinya pabrik baterai dalam negeri. "Jadi bukan Cina lagi, tapi semua yang memiliki kepentingan sama untuk mencari efisiensi masalah lingkungan, masalah pengurangan energi fosil," tutup Luhut.
Sumber: Oto.com
Advertisement