Sukses

Regulasi Diperketat, Balap Ketahanan Yamaha Berlangsung Sengit

Yamaha Endurance Festival kembali digelar Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM). Balap ketahanan ini berlangsung di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat akhir pekan kemarin.

Liputan6.com, Jakarta - Yamaha Endurance Festival kembali digelar Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM). Balap ketahanan ini berlangsung di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat akhir pekan kemarin.

Acara yang memasuki tahun kedua dan kian ketat aturan mainnya. Para pembalap diwajibkan mengelilingi sirkuit selama dua jam, lebih lama dari yang sebelumnya hanya 1-1,5 jam saja. Berlaku pada semua kelas, baik yang 155 cc community maupun 250 cc pro dan community.

Waktu pit in dan pit out, juga dipercepat menjadi minimal 1 menit 30 detik. Tereduksi setengahnya ketimbang tahun lalu. Perlu dicatat, jika pembalap melakukan pit in kurang dari waktu yang ditentukan, langsung kena penalti.

Justru jika lebih lama, tak mengurai penilaian poin, hanya saja berpengaruh pada catatan waktu dan jumlah lap para peserta. Tentu hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi semua pembalap, karena strategi manajemen waktu perlu disiapkan matang.

Komposisi pembalapnya, satu regu terdiri dari dua orang yang menggunakan satu motor secara bergantian. Dibantu dua mekanik pada masing-masing tim.

Lantas bicara sistem start, gaya Le Mans tetap dipertahankan, yang menjadi daya tarik tersendiri. Prosedur ini mengharuskan rider berlari dari sisi sirkuit ke motor yang terparkir di seberang dan langsung menarik habis throttle motor.

“Peningkatan durasi balap ketahanan Yamaha Endurance Festival 2019, sudah melalui pertimbangan matang. Kami melakukan kajian dan memang sesuai dengan aspirasi teman-teman pembalap dan komunitas. Termasuk pengadaan kelas media yang pertama kalinya diselenggarakan di Festival ini. Sponsor tahun ini juga lebih banyak dari sebelumnya. Hal ini menunjukkan antusias besar para sponsor bersama Yamaha untuk menumbuhkan budaya balap di Indonesia,“ terang M Abidin, General Manager After Sales & Motor Sports YIMM di Sentul, kemarin (15/9).

Ya, kali ini para juru warta diajak mencicipi aspal sentul yang disisipkan pada kelas 155 cc. Mereka terbagi dalam tiga tim, masing-masing berisikan tiga orang. Lebih banyak ketimbang regu lain.

Hebatnya, walau hanya tim dadakan, salah satu kelompok media sanggup menoreh sepuluh besar. OTO.com juga berpartisipasi dengan menurunkan Ary Dwinoviansyah.

Sedangkan juara pertama kelas 155cc, dimenangkan oleh tim YROI. Mereka sanggup mencatat jumlah putaran sebanyak 53 lap dengan waktu 2 jam 15 detik. Dilanjut oleh Yamaha Racing Indonesia dengan angka putaran yang sama, namun waktu yang sedikit lebih lama, 2 jam 28 detik.

Ini menarik, karena salah satu pembalapnya adalah sang Presiden Direktur YIMM, Minoru Morimoto yang berusia hampir 60 tahun. Lantas di podium tiga, bertengger nama komunitas Cornering Indonesia dengan torehan waktu 2 jam 36 detik dan jumlah lap yang sama.

Seluruhnya pakai Yamaha R15, yang sedikit diberi sentuhan modifikasi terutama ban dan stabilizer stang. Sementara jantung pacu, haram hukumnya jika diubah. Harus dalam keadaan standar. 

 

2 dari 2 halaman

Kelas 250cc

Pada kelas 250 cc, aura sirkuit terasa lebih agresif. Yamaha R25 tampak berlenggok indah dibumbui aksi susul-susulan yang menegangkan. Wajar saja, segmen ini menuntut partisipan yang lebih profesional.

Juara satunya tim YMTI dengan catatan 59 lap selama 2 jam 2 menit 53 detik. Sementara posisi dua diraih komunitas Cornering Indonesia yang mengelilingi sirkuit sebanyak 58 kali, dalam waktu 2 jam 1 menit 44 detik.

Terakhir, podium tiga ditempati oleh tim Cornering Indonesia pula, dengan catatan lap yang sama dan waktu selisih satu menit lebih lama.

Mengenai tungganannya, diharuskan seragam memakai Yamaha R25 dengan spesifikasi yang sudah layak sirkuit. Tapi, keadaan jantung pacu diharuskan standar. Hanya beberapa elemen saja yang diubah.

Tentulah bukan hal mudah menaklukkan sirkuit dengan gaya balap seperti itu. Endurance atau uji ketahanan tak hanya bicara perfoma motor yang kencang. Banyak hal yang lebih penting, terutama strategi dan komunikasi tim.

Kapasitas masing-masing rider juga perlu dinilai, sehingga tercipta momentum yang pas. Memukul rata beban balap belum tentu menghasilkan output yang baik.

Set-up motor juga harus disepakati satu regu, mengingat postur tubuh rider berbeda-beda. Jadi, tak hanya menguntungkan satu pembalap. Untuk Anda yang tertarik, momentum ini bukan tak mungkin ada lagi di tahun berikutnya.

Sumber: Oto.com

Video Terkini