Liputan6.com, Hong Kong - Jaringan 5G dinilai bisa mengubah banyak hal. Dengan kecepatan data yang kencang, latency rendah, dan kemampuan terintegrasi dengan banyak perangkat, maka autonomous driving akan semakin berkembang.
Selain autonomous driving, jaringan 5G memungkinkan untuk mode berkendara yang baru, yaitu pengendalian mobil jarak jauh (tele-operations) serta platooning.
Advertisement
Baca Juga
Steven Lee selaku Senior R&D Manager, Smart Mobility, APAS R&D Center, Hong Kong Productivity Council, menjelaskan potensi yang dimiliki oleh tele-operations serta platooning.
"Tele-operations memungkinkan sopir mengendarai truk tanpa perlu di dalam truk. Misalkan pusat pengendali (seperti simulator mobil) berada di kantor, maka sopir cukup mengendalikan truk dari kantor. Jika sopir A ingin beristirahat, maka bisa digantikan oleh sopir lainnya yang juga berada di kantor," ungkap Steven saat Global Sources Consumer Electronics di Asia World-Expo, Hong Kong, Jumat (11/10).
Menurut Steven, tele-operations juga akan menghilangkan masalah sopir truk yang jarang pulang ke rumah atau terlalu jauh dari rumahnya.
Selain untuk pengantaran barang jarak jauh, teknologi ini juga bisa diterapkan di lokasi kerja yang dinilai berbahaya. Contohnya untuk kebutuhan pertambangan.
Â
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Platooning
Mode berkendara platooning ini merupakan fitur yang ditujukan untuk kebutuhan kendaraan fleet. Cara kerjanya adalah, 4 truk jalan bersamaan. Truk pertama (lead truck) dikemudikan oleh sopir, sementara itu 3 truk belakangnya menggunakan mode autonomous driving.
Mode berkendara ini dinilai dapat meningkatkan efisiensi bahan bakar total sebanyak 7 persen (4,5 persen lead truck, dan 10 persen untuk truk yang mengikuti).
Setiap truk akan jalan dengan kecepatan konstan dan jaga jarak sekitar 10 meter. Saat ada mobil yang masuk ke dalam rombongan, maka truk akan menambah jarak dengan mobil tersebut. Dan saat mobil keluar dari rombongan, truk akan kembali menjaga jarak di angka 10 meter.
Advertisement