Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran Honda ADV150Â memberikan warna baru di segmen skutik 150 cc. Gayanya yang seperti X-ADVÂ membuat calon konsumen tertarik untuk meminangnya.
Â
Yang menjadi pertanyaan, berapa biaya kepemilikan Honda ADV150 tiap tahun? Benarkah ekonomis?
Advertisement
Tahun Pertama
Salah satu kepala bengkel resmi motor Honda (AHASS) di kawasan Jakarta Selatan, mengatakan, tiap unit ADV berhak mendapat jasa servis gratis sebanyak tiga kali dan satu botol oli. Itu dihitung sejak tanggal pembelian.
Servis pertama, saat kilometer menyentuh angka 1000 atau dua bulan. Tergantung mana yang duluan. Tapi sang kepala bengkel yang tak ingin disebutkan namanya bilang, toleransi jumlah kilometer cukup longgar ketimbang bulan yang terlewat. Ini cukup menguntungkan. Asumsikan saja sehari motor berkeliling 25-35km, dalam dua bulan sudah pasti menyentuh 2.000km. Pada fase ini, diberikan oli SPX 2 gratis, berikut jasa lengkap pengecekan serta pembersihan area CVT.
Baca Juga
Kalau masih pakai perhitungan jarak tadi, di bulan ke empat (fase dua), motor pas mencapai 4.000an kilometer. Jadwal penggantian oli (per 2.500km) pun sedikit lagi datang. Jadi sekalian saja lakukan servis lengkap serta membeli oli Rp 58 ribu.
Nah, kebijakan servis Honda di fase tiga, ada di 8.000km atau delapan bulan. Jika masih konsisten dengan jarak harian tadi, ganti oli harus dilakukan pada bulan ke enam. Saran kami, datang saja ke bengkel resmi untuk ganti oli, tapi jangan lakukan servis. Fasilitas gratis fase tiga lebih baik dinikmati pada bulan ke delapan. Supaya jarak perawatan tak terlalu singkat.
Dalam fase tiga ini (delapan bulan), harus dimanfaatkan baik-baik, karena menjadi yang terakhir. Lakukan pengecekan menyeluruh. Mulai dari kondisi kemudi, busi, kelistrikan, CVT, hingga pembersihan area itu. Oli juga perlu diganti, berarti ada tambahan biaya Rp 58 ribu.
Berakhirlah semua fasilitas gratis Honda ADV150 . Kini semua bergantung pemakaian. Di bulan ke sepuluh atau sebelas (10.500km), oli kembali harus dikuras. Tambahkan Rp 58 ribu, termasuk jasa mekanik. Busi dan oli trasmisi pun sudah saatnya diganti, masing-masing dijual Rp 25 ribu dan Rp 16 ribu. Jadi kalau ditotal, selama tahun pertama konsumen hanya perlu menyiapkan budget Rp 215 ribu, dengan asumsi pemakaian 1.000 km per bulan. Ekonomis.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tahun Kedua
Lantas bagaimana tahun kedua, saat tak ada lagi subsidi dari AHM? Tentu, nominalnya bisa melonjak dua kali lipat bahkan lebih. Pertama yang perlu dibayar adalah pajak. Dari penulusuran kami, tertera angka Rp 428,8 ribu untuk pajak Honda ADV150 pada komponen PKB.
Catatan itu didapat dari aplikasi Samsat Jawa Barat. Tapi, nominal belum termasuk SWDKLLJ pokok. Kurang lebih ditambah Rp 35 ribu lagi. Ingat, perhitungan ini berdasar pada kepemilikan pertama. Jika nama Anda tertera di banyak kendaraan, tak menutup kemungkinan mencapai Rp 800 ribuan. Jangan lupa selalu blokir nama setelah menjual motor, karena berpotensi digunakan orang lain.
Berikutnya, spare part di luar oli mulai termakan usia. Misal saringan udara, harus diganti setiap 16.000km. Harganya Rp 73,5 ribu. Lanjut belt CVT yang diganti setiap 22.000km atau dua tahun, dijual seharga Rp 186 ribu belum termasuk ongkos pasang. Sama halnya dengan kampas kopling, dua tahun sekali baiknya diganti, atau 24.000km. Harganya Rp 186 ribu termasuk roller.
Kampas rem pun ikut terkikis, masing-masing Rp 118 ribu (Depan) dan Rp 62,5 ribu (Belakang). Karena sudah tak ada subsidi jasa gratis, paket lengkap servis dibanderol Rp 165 ribu. Meliputi pengecekan seluruh komponen dan pembersihan area fundamental ADV150. Total di luar jasa, Anda perlu siapkan uang Rp 1,089 juta di tahun kedua. Ini belum termasuk penggantian oli dan perawatan lengkap, karena bergantung pada kebutuhan masing-masing.
Perhitungan tahun ketiga bisa mengacu pada paparan biaya tahun pertama ditambah biaya pajak dan servis tiga kali. Sementara tahun keempat bisa melihat perincian biaya tahun kedua. Kurang lebih, inilah gambaran kasar memelihara Honda ADV150.
Harus digarisbawahi, setiap konsumen bisa mendapat angka yang lebih mahal atau bahkan jauh di bawah. Kami mengambil jarak rata-rata 1.000km sebulan, dan rasanya sangat relevan. Mengingat begitu banyak masyarakat yang tinggal di pinggiran Jakarta, sementara tempat berkegiatan ada di tengah kota.
Advertisement