Liputan6.com, Jakarta - Memasuki era kendaraan listrik, para produsen terus berinovasi dalam mengembangkan sesuatu yang baru. Dan yang pasti, mereka tidak hanya berkutat pada desain saja.
Selain perang teknologi, daya jangkau dan kapasitas baterai menjadi senjata untuk bersaing di segmen mobil listrik.
Ambil contoh, Tesla masih terus meningkatkan kapasitas daya jangkau produk-produknya. Pasalnya, konsumen masih khawatir dengan daya jangkau mobil listrik.
Advertisement
Baca Juga
Maka tak heran, ketika Mazda mengenalkan mobil listrik MX-30, publik justru menyoroti daya jangkaunya. Mazda MX-30 hanya memiliki kemampuan daya jangkau sejauh 124 mil atau 199,5 kilometer.
Sementara kapasitas baterai Mazda MX-30 yakni 35,5 kWh. Melansir Automotive News Europe, Direktur R&D Mazda Eropa, Christian Schultze mengatakan, kapasitas baterai tersebut adalah ukuran yang dibuat secara bertanggung jawab.
Dengan kata lain, hal itu merujuk pada emisi karbon yang dihasilkan dari komponen mobil listrik. Melalui sebuah grafik, Mazda menunjukkan bahwa kendaraan listrik masih menghasilkan emisi CO2.
Menurutnya, kapasitas baterai MX-30 itu masih sebanding dengan mesin diesel Mazda 3 compact. Berdasarkan hal tersebut, Schultze mengatakan setelah pergantian baterai, emisi masih terjadi.
Â
Total Emisi
Terlebih setelah penggunaan sejauh 160.000 kilometer, total emisi CO2 pada MX-30 masih mirip dengan emisi yang dihasilkan oleh mesin diesel.
Maka itu kapasitas baterai yang lebih besar 95 kWH, dinilai akan memiliki emisi yang jauh lebih tinggi.
Emisi tinggi itu disebut dihasilkan sejak pemakaian pertama. Sehingga ketika dipakai dalam waktu lama hingga tiba pada masa penggantian baterai, emisi CO2 akan semakin melonjak.
Selain itu, konsumsi listrik juga disebut lebih tinggi jika kapasitas baterai besar.
Sumber: Otosia.com
Advertisement