Sukses

Wabah Virus Corona Pukul Telak Industri Otomotif Wuhan

Wabah virus mematikan, Corona memukul telak industri otomotif dan barang mewah di Wuhan, Cina

Liputan6.com, Jakarta - Wabah virus mematikan, Corona memukul telak industri otomotif dan barang mewah di Wuhan, Cina, sebagai daerah asal penyakit mematikan tersebut. Pasalnya, Ibu Kota provinsi Hubei ini merupakan salah satu 'motor city' di Negeri Tirai Bambu.

Wuhan sendiri, menjadi markas sejumlah pabrikan mobil besar di dunia, seperti General Motors (GM), Nissan (NSANF), renault (RNLSY), Honda (HMC), dan Peugeot PSA Group.

Melansir CNN, Senin (27/1/2020), akibat wabah virus Corona tersebut, pabrikan otomotif tidak bisa beraktifitas secara maksimal. Bahkan, ada pabrikan yang sudah menutup sejak Kamis, (23/1/2020).

Di antara pabrikan yang terdampak, antara lain Renault dan Honda. Renault mengirim hampir 180 ribu kendaraan di Cina tahun lalu, atau sekitar 5 persen dari penjualan mobil globalnya.

Jenama asal Perancis ini, memproduksi SUV andalannya, seperti Kadjars sebanyak 16.459 unit dan Koleos sebanyak 31.299 unit pada 2018.

Sekedar informasi, semua pabrikan otomotif dunia yang melakukan produksi di Cina, harus bekerjasama dengan mitra lokal, seperti GM SAIC dan Dongfeng Motor Corporation. Pabrik GM-SAIC di Wuhan memiliki sekitar 6.000 karyawan, dan sekitar 10 persen dari total tenaga kerja GM di Cina.

Kota bependuduk 11 juta ini sendiri, sudah ditutup secara parsial, setelah bandara dan stasiun kereta api ditutup untuk penumpang, karena merebaknya wabah penyakit yang belum ditemukan obatnya tersebut.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Total produksi

Secara total, dikutip dari website resmi Renault, pabrik Wuhan memiliki tenaga kerja sebanyak 2.000 orang dengan kapasitas tahunan sebesar 300 ribu unit.

Selain Renault, Honda juga telah menutup pabriknya, dan akan mulai beroperasi kembali pada 2 Februari 2020.

"Kami sedang mempelajari masalah ini secara hati-hati, melalui berbagai departemen dan Cina," tulis Juru Bicar Renault, Rie Yamane. "Kami tentu saja menghormati peraturan pemerintah China," tambahnya.

Sedangkan GM mengatakan, pihaknya tetap mengikuti perkembangan dan menasihati karyawan yang merasa tidak enak untuk tidak datang bekerja.

"Yang paling penting adalah virus, produksi adalah yang kedua bagi kesehatan tim dan komunitas," kata juru bicara GM, Jim Cain.