Liputan6.com, Jakarta - Dua jenis bahan bakar yang banyak digunakan pemilik kendaraan di Indonesia saat ini ialah Pertalite dan Pertamax. Selain memiliki perbedaaan harga, oktan yang terkandung juga berbeda.
Mampu memberikan pengaruh pada performa mesin kendaraan, beberapa pabrikan otomotif memberi saran untuk selalu menggunakan oktan 92 atau setara dengan Pertamax.
Advertisement
Baca Juga
Meski demikian, tak semua pemilik kendaraan konsisten menggunakan Pertamax. Hal ini membuat pergantian pengisian bahan bakar sering dilakukan.
Tanpa sadar hal ini membuat keduanya tercampur saat berada di dalam tangki. Lalu adakah dampak buruk mencampur penggunaan Pertamax dan Pertalite?
Seperti dilansir Wahana Honda, mencampur Pertalite dan Pertamax bisa menghasilkan efek buruk pada mesin. Alih-alih mendapatkan oktan yang lebih tinggi, justru akan menghilangkan sejumlah fitur tambahan yang ada pada Pertamax.
Sebagai contoh, Pertamax memiliki kandungan yang bisa membersihkan kerak pada mesin, jika dicampur, unsur tersebut akan hilang.
Proses pembakaran juga tidak berjalan dengan optimal dan semestinya, karena kedua bahan yang berbeda telah tercampur. Untuk jangka lama, mesin akan mengalami knocking atau ngelitik.
Menurunkan Performa Kendaraan
Selain itu, sejumlah kendaraan terbaru memiliki sensor deteksi bahan bakar yang lebih canggih. Sensor ini akan mendeteksi jika bahan bakar memiliki kandungan yang bukan semestinya. Jika ada pencampuran bahan bakar yang berbeda, indikator tersebut akan menyala.
Jadi, sangat tidak dianjurkan untuk mencampurkan kedua bahan bakar karena akan menurunkan performa mesin bahkan bisa berdampak buruk pada kerusakan mesin dalam jangka panjang. Jika ingin berganti bahan bakar, usahakan tangki bensin benar-benar kosong terlebih dahulu.
Advertisement