Sukses

Cari Skutik Murah, Tiga Model Ini Bisa Jadi Referensi

Skutik menjadi model sepeda motor paling populer saat ini. Saking banyak peminatnya, kelas skutik pun ada tingkatannya mulai dari yang entry level alias paling murah hingga yang premium.

Liputan6.com, Jakarta - Skutik menjadi model sepeda motor paling populer saat ini. Saking banyak peminatnya, kelas skutik pun ada tingkatannya mulai dari yang entry level alias paling murah hingga yang premium.

Untuk pasar Indonesia, skutik kelas entry level paling besar peminatnya. Meski berpredikat skutik murah, nyatanya model entry level ini harganya beranjak tinggi. Bahkan tembus Rp 17 juta dan semakin tahun terangsang naik.

Tapi tunggu dulu. Masih ada tiga motor yang sering dilupakan. Bahkan banderolnya mulai Rp 15 juta – Rp 16 jutaan saja.

Yamaha Mio

Adalah Yamaha Mio. Ya, mungkin sudah banyak yang mulai lupa, Yamaha masih memiliki jajaran skutik legendaris satu ini. Poin keunggulan mereka, semua dipasang mesin 125 cc meski kasta bawah. Cukup menggoda untuk konsumen yang tak cocok dengan karakter 110 cc.

Semisal Mio Z, yang dijual Rp 15,8 juta, mencatat output 9,5 Hp/8.000 rpm dan torsi 9,6 Nm/5.500 rpm. Lebih baik dari kompetitor sekelas. Secara bersamaan, dimensi dan bobotnya tetap ringkas. Jadi ekstraksi daya tadi tak sia-sia.

Bicara model, memang tak bisa dipungkiri, sudah usang. Bentuknya bak interpretasi desain era awal skutik merajalela. Konvensional. Bagi sebagian orang, boleh jadi kurang menggugah. Namun sebetulnya, masih bisa dibilang proporsional.

Perangkat-perangkat bawaan tentu sekadar hal fundamental. Ya, apa yang mau diharapkan dari uang Rp 15 juta? Paling tidak, semua kebutuhan harian terakomodir. Kapasitas bagasi 10 liter misalnya, cukup untuk mengangkut keperluan darurat semacam jas hujan, tools, jaket atau sepatu. Area dek juga rata lantai, lega untuk menggantung atau menaruh barang.

Selanjutnya ada Mio M3, kembaran tipe Z seharga Rp 16,35 juta. Rasanya yang satu ini sulit dikatakan lebih baik ketimbang tipe termurah tadi. Perbedaannya terlalu minim.

Masalahnya, hanya menyoal tema. Grafis M3 memang lebih modern, serta memiliki silang warna atraktif. Namun apalah arti semua itu? Lagi pula ukuran rodanya pun kurus. Profil di depan 70/90 dan belakang 80/90 masing-masing 14 inci. Sementara tipe Z, 80/80 di depan dan 100/70 dengan diameter sama. Secara proporsi, kami rasa mayoritas setuju, lebih baik yang Z bukan?

Sekadar informasi. M3 memiliki satu trim level lagi di atas itu. Lengkap dengan fitur Start Stop System (SSS) dan remote answer back system. Tapi harganya sudah menyentuh Rp 17 jutaan, tak masuk dalam kategori paling murah menurut kami.

Terakhir Mio S, yang digaungkan cocok untuk kaum hawa. Nilai jualnya memang paling dekat dengan batas toleransi, Rp 16,9 juta. Tapi ia masih pantas dikatakan murah, serta memiliki bekalan fitur yang menarik.

Salah satunya, tipe ini sudah dibekali LED pada pencahayaan depan. Meski tail light dan sein masih bohlam. Setidaknya, satu langkah lebih unggul dari dua tipe tadi. Lantas Answer back system, juga sudah menjadi perangkat standar.

Memudahkan kala mencari motor di kerumunan pasar, atau supermarket yang dikunjungi para wanita. Opsi warnanya pun beragam, sekaligus lembut. Pink, biru muda, merah, biru, serta hitam bisa Anda temui di seri ini.

Rancangan versi S juga lebih atraktif. Sosoknya tampak muda, sama sekali tak mewariskan apapun dari tipe lain. Berkat desain membulat serta refleksi cahaya LED. Tapi apa yang ada di dalam, semuanya identik.

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Suzuki Nex II

Ya, boleh dibilang Suzuki sedang kehilangan taji pada line-up roda duanya. Tapi bukan berarti menyerah begitu saja. Mereka masih punya Nex II, skutik kompak eksentrik dengan tiga tema sekaligus. Taksiran harganya pun ekonomis, mulai Rp 16,1 juta – Rp 16,8 juta.

Tema pertama bertajuk Elegant. Dibagi lagi jadi dua sub-varian, standar dan premium, yang masing-masing dihargai Rp 16,1 juta dan Rp 16,55 juta. Meski hanya selisih ratusan ribu, tak disangka perbedaannya cukup krusial. Bukan sekadar tema.

Adalah headlight LED. Pada versi premium pencahayaan lebih baik berkat dioda. Sementara basicnya masih mengandalkan bohlam. USB charger pada laci kiri juga hanya ada di varian mahal. Perangkat ini bahkan tak butuh konektor lagi untuk mengisi daya gawai.

Selanjutnya, ia dipasangkan cover muffler dan pelindung dek kromium. Di varian standard hampir semuanya hitam. Tapi untung, kelirnya diseragamkan. Semua unit ini disajikan dengan finishing matte, berwarna biru, marun dan hitam.

Lain lagi Fancy Dynamic. Pelek dan panel bodi benar-benar dipenuhi grafis. Coraknya menyilangkan banyak warna mencolok. Bahkan, melintang LED Lamp line di panel samping. Mungkin bukan selera semua orang, tapi bagi yang suka mencolok, pasti varian ini jadi pusat perhatian. Bekalan fitur sama saja, sementara harga sedikit lebih mahal, Rp 16,8 juta.

Satu lagi, Cross. Sesuai nama, Suzuki menerjemahkan kesan petualang di skutik mungil ini. Spakbor depan dibuat sedikit tinggi. Peleknya pun dibalut ban dual purpose buatan IRC. Tema cat pada seri ini juga berbeda, hanya disediakan dua opsi: Biru dan kuning. Plus, menempel grafis ala motor tualang hingga ke bibir pelek.

Pembagian trim sama seperti varian lain. Yang standar, tidak dibekali headlight LED dan USB charger. Begitu juga cover muffler krom. Masing-masing dijual Rp 16,1 juta dan Rp 16,8 juta.

Yang seragam adalah dapur pacu. Memang tak semenarik Mio. Suzuki tetap mengusung mesin 113 cc SOHC, bertenaga 8,9 Hp/8.000 rpm dan torsi 8,5 Nm/6.000 rpm. Pusaran daya itu mengangkut bobot 93 kg, yang berarti cukup seimbang. Respons motor mestinya kurang lebih sama seperti Honda Beat, karena angkanya mirip.

3 dari 3 halaman

Honda Beat CBS

Nah, kalau ini si penguasa pasar. Generasi terbarunya belum lama dirilis PT Astra Honda Motor, dengan beragam peningkatan. Dari mulai rangka, mesin, hingga fitur. Tapi khusus yang termurah ini (Rp 16,45 juta), dapat apa saja?

Satu yang pasti, tak disertakan perangkat baru jagoan mereka, power outlet. Slot laci dibiarkan kosong, hanya berguna untuk menaruh barang kecil. Pun sistem Idling Start Stop absen. Terakhir, pilihan kelir dan tema lebih sederhana.

Kalau urusan basis sama persis. Struktur eSAF anyar menopang bodi motor, membuatnya lebih ringan sekaligus tangkas dibawa manuver. Mesin 110 cc juga kompak dengan Genio, mengeluarkan daya 8,9 Hp/7.500 rpm dan torsi 9,3 Nm/5.500 rpm.

Tapi, konsumsi bahan bakarnya lebih irit, mencapai 60,6 kpl. Hal-hal penunjang lain seperti headlight LED, bagasi 12 liter, tangki bahan bakar 4,2 liter, serta mekanisme pengereman CBS (Combi Brake System), turut tersedia.

Sumber: Oto.com