Sukses

Karburator Tetap Jadi Andalan Suzuki DR-Z250, Tenaga Melonjak

Buat penyuka motor trail bergaya jadul, pasti suka dengan Suzuki DR-Z250. Tapi itu soal gaya, lainnya tetap punya pembaruan ataupun peningkatan efisiensi.

Liputan6.com, Jakarta Buat penyuka motor trail bergaya jadul, pasti suka dengan Suzuki DR-Z250. Tapi itu soal gaya, lainnya tetap punya pembaruan ataupun peningkatan efisiensi.

Penggaruk tanah legenda ini baru dapat penyegaran di Australia, tanpa diobrak-abrik tampangnya. Pesona lawas tetap dipertahankan. Suzuki DR-Z250 hanya mendapat peremajaan sektor teknis, utamanya peningkatan performa serta teknologi pendinginan baru. Kini banderolnya diset AUD 7,990 atau sekitar Rp80 jutaan.

Sang legenda memangku dapur pacu satu silinder 249 cc DOHC empat katup generasi terkini. Cover kepala silinder pun terbuat dari magnesium nan ringan. Menurut klaim, tenaga dan torsi pada putaran bawah melonjak. Sayang, laman resmi Suzuki sama sekali tak menyantumkan berapa angka kenaikannya.

Tapi jika mengacu pada spesifikasi lama Suzuki DR-Z250, paling tidak piston tunggal itu bisa mendistribusi tenaga sampai 31,9 Tk di 7.000 rpm dan torsi 19,1 Nm saat 5.500 rpm – yang sebetulnya sangat cukup. Jika terdapat kenaikan, mestinya lebih menyenangkan lagi. Karena saat dikaitkan dengan Kawasaki KLX 250 saja, tenaga kudanya jauh lebih unggul.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Masih Andalkan Karburator Mikuni TM28

Pendinginan mesin juga pakai rangkaian baru. Suzuki menyebutnya SACS (Suzuki Advance Cooling System), yang mengandalkan oli untuk mengoptimalkan temperatur ruang bakar. Serta bergantung juga pada aliran udara. Box penyaring ini bervolume empat liter, guna menjaga pasokan udara ke mesin tetap optimal.

Sementara racikan lainnya sama. Suplai bensin masih ditugaskan pada karburator Mikuni TM28, alias berukuran 28 mm. Translasi tenaga juga tetap didistribusikan oleh girboks manual, enam percepatan. Lantas proses menyalakan mesin, disediakan lewat dua cara: kick starter dan juga switch. Namun melihat tampangnya, menyalakan pakai engkol rasanya lebih pantas dan terkesan macho bukan?

Mengenai struktur juga tak ada ubahnya. Rangkaian tulang semi double cradle yang dibuat sejak awal 2000 senantiasa menopang motor. Dibantu fork teleskopik dengan travel super panjang. Plus bisa diatur kompresinya dalam 12 tahap dan 17 tahap untuk rebound dan damping. Pengoperasiannya mudah, tinggal memutar ulir di atas tabung. Lantas di belakang, ditopang monoshock dengan coil spring.

3 dari 3 halaman

Interpretasi Maskulin Era 80-an

Selain rangkaian teknis siap offroad tadi, ada satu hal yang selalu jadi daya tarik. Desain DR tak berubah sejak dulu. Gurat dan komposisinya masih menyiratkan interpretasi maskulinitas era 80-90an yang serba kotak. Lihat saja dari penggunaan spakbor depan besar menyudut, hingga lampu persegi berbingkai trapesium. Lawas. Bahkan spion pun tidak bulat. Kebalikan dari banyak trail di pasaran.

Kalau memperhatikan bodi, Anda mungkin langsung teringat Suzuki TS di masa lampau. Tangkinya serupa, polos tanpa fairing. Sementara bagian sisi, baru memakai sayap oversize hingga ke belakang. Dan buntutnya dihias stoplamp timbul nan minimalis. Kian sempurna, semua panel dilabur kuning cerah plus tema grafis Suzuki zaman dulu. Kombinasi sempurna bagi penggila nostalgia. 

Sumber: Oto.com (Hlm/Odi)