Liputan6.com, Jakarta - Pandemi virus Corona atau Covid-19 benar-benar menghantam berbagai lini industri. Salah satunya, adalah pasar otomotif, yang ternyata tidak hanya berpengaruh terhadap penjualan mobil atau motor, tapi juga bisnis penyewaan mobil.
Bahkan, rental mobil raksasa, Hertz akhirnya mengalami kebangkrutan, setelah beberapa lama bertahan di tengah kondisi wabah yang masih terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Amerika Serikat.
Advertisement
Melansir Automotive News, Hertz mengajukan kebangkrutan level 11. Meskipun masih bisa beroperasi, dan berharap bisa menemukan cara untuk pulih, dengan membayar hutang namun pemilik pesimis karena bisnis penyewaan mobil di tengah kondisi pandemi sangat memprihatinkan.
Perusahaan kini memiliki dana tunai US$1 miliar atau setara dengan Rp14,8 triliun untuk menjalankan bisnis, termasuk Hartz, Dollar, Thrifty, Firefly, Hertz Car Sales, dan Donlen.
Sementara itu, aset perusahaan berjumlah US$25,8 miliar dengan hutang US$24,4 miliar dengan kreditor terbesar, termasuk IBM Corp dan Lyft Inc.
Jual armada
Hertz sendiri memiliki armada yang sebagian besar buatan General Motors, sebanyak 21 persen. Fiat Chrysler (18 persen), Ford (12 persen), Kia (10 persen), Toyota (9 persen), Nissan (7 persen), dan Hyundai (5 persen) , menurut pengajuan. Saat ini, jumlah armadanya sebanyak lebih dari 500 ribu unit di Amerika Serikat dan 200 ribuan unit di negara lain.
Sebagai informasi, untuk bertahan dalam bisnisnya tersebut, Hertz menjual sebagian armadanya, namun tetep tidak bisa menutupi kerugian karena harga jual kendaraan bekas pakai juga mengalami penurunan sebesar 34 persen selama Covid-19.
Advertisement