Liputan6.com, Jakarta - Masa perpindahan dari mesin konvensional ke listrik sudah mulai berlangsung. Ramah lingkungan bukanlah satu-satunya yang dicari dari motor listrik, performa juga harus diperhatikan.
Beberapa pabrikan sudah menyadari potensi ini, tengok saja lima motor berikut yang kini sudah ada di pasaran, tanpa suara pun bisa melesat cepat.
1. Zero SR/S
Advertisement
Pertama bertengger nama Zero SR/S. Produsen roda dua elektrik asal Amerika Serikat ini punya banyak amunisi kuat. Produk buatannya terbilang revolusioner. Dan tentu tak lepas dari kelihaian sang pendiri, yang pernah bekerja sebagai insinyur NASA.
SR/S sendiri mewakili kelas sport fairing. Tersimak jelas dari bentuk tubuhnya, bersiluet tegas dan menukik tajam di belakang – mengharuskan penunggangnya merunduk saat mengendara. Tentu panel depan dibungkus fairing sampai ke samping.
Tapi lain dari sport mesin bakar kebanyaan. Sayap-sayap bodi tak begitu berlebihan. Ia dikemas dalam interpretasi modern-minimalis. Sesuai teknologi yang diusung. Tatapan lampu LED semi split pun kian melengkapi nuansa futuristic-nya.
Kombinasi baterai dan motor elektrik sanggup melontar tenaga setara 110 Tk, serta torsi 189,8 Nm. Entah seperti apa entakan momen puntir sebesar itu diterjemahkan ke motor sebesar ini. Dan kecepatan puncaknya diklaim sampai 199 kpj, yang kami yakin hasil limitasi computer.
Rentang jarak tempuh SR/S antara 131 km – 259 km sekali terisi, tergantung gaya berkendara masing-masing. Jika menambah power tank, malah diklaim bisa menyentuh 321 km. Bagus buat ukuran motor performa.
Sementara lama pengisian daya motor listrik ini memakan waktu 4,5 jam untuk tipe pengecasan standar, 2,5 jam premium dan kala dikombinasikan perangkat rapid charge, cukup 1,8 – 1,5 jam saja. Praktis. Lantas harganya, mulai Rp 295 jutaan – Rp 325 juta di Amerika Serikat. Tak begitu mahal bukan?
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
2. Zero SR/F
Jika label S mengartikan jenis fairing, kode FÂ untuk naked bike. Bentuknya jauh berbeda. Sama sekali tak terlihat bekas gurat saudaranya. Meski dibangun dalam platform sama.
Ketimbang memahat motor serba lancip dan ramping, Zero membuat SR/F dalam komposisi serba kotak. Tangki begitu berotot. Nadanya mirip Yamaha MT series. Rangka teralis juga diekspos, menunjukan maskulinitas. Dan penutupnya, lampu telanjang berhias DRL menatap sayu, namun secara bersamaan intimidatif. Keren.
Bicara spesifikasi tak ada ubahnya dari SR/S. Daya baterai, performa, motor elektrik, top speed, sampai lama pengisian daya sama. Begitu juga soal banderol. Hanya selisih jutaan rupiah lebih murah. Tak signifikan.
Advertisement
3. Energica Ego and Ego +
Terbang ke arah tenggara dari Amerika Serikat, muncul nama Energica sebagai punggawa motor performa niremsi dari Italia. Mereka memiliki interpretasi lain soal menggambar wujud roda dua elektrik. Ketimbang ber-futuristis-ria, Energica memilih komposisi ala eksotisme sport fairing khas negara asalnya.
Jika tak diberi tahu, orang pun bakal menyangka ia mengadopsi mesin bakar. Layaknya Ducati, MV Agusta dan teman-temannya. Tampilan motor sama sekali tak menunjukkan ia ramah lingkungan. Ego disusun sangat konvensional dan intimidatif – tampangnya sekan siap membakar banyak bensin.
Untungnya hal ini dibarengi kemampuan lari bak jet darat. Jauh lebih optimal ketimbang Zero bahkan. Motor elektrik mentranslasikan daya 145 Tk ke roda belakang, ditambah lontaran torsi 215 Nm. Lebih dari cukup.
Tapi memang, ketahanan baterai tak sekuat Zero. Kombinasi antara pemakaian dalam kota dan luar kota menghasilkan angka 160 km. Dan Ego + (plus), dengan kapasitas lebih besar, menyanggupi berjalan sampai 230 km. Meski lebih kecil, jarak segitu sebetulnya sudah cukup jauh. Ditambah pengisian daya singkat, empat puluh menit untuk sampai 80 persen. Harganya Rp 289 juta untuk tipe standar. Lantas yang memiliki kapasitas lebih besar (Ego +), Rp 353 jutaan.
4. Energica Eva Ribelle
Dari namanya seperti tak berhubungan dengan Ego. Begitu juga bentuk bodi. Padahal keduanya dibangun dalam satu basis. Sama seperti konsep Zero SF series, Energica Eva Ribelle menawarkan performa ganas dengan wujud naked sport.
Satu-satunya kemiripan ada di fasad. Lampu utama memakai model bulat dua terpisah, seperti mata burung elang dengan paruhnya. Tapi kalau ke area tangki, sayap, dan ke belakang beda jauh. Ia tampak atletis dengan garis otot di mana-mana. Rangka teralis merah juga dipertontonkan, tanpa tertutup panel.
Tenaganya sama persis. Mengeluarkan daya 145 Hp di putaran 6.000 rpm, serta tendangan torsi 215 Nm. Jarak tempuh, lama pengisian daya, sama sekali tak beda. Hanya saja harga jualnya lebih murah Rp 25 jutaan.
Advertisement
5. Damon Hypersport HS & Premier
Keempat motor tadi memiliki power melimpah. Tapi jadi tak tampak besar kalau sudah mengenal Damon, merek asal Canada. Produknya memang belum resmi mengaspal. Tapi sudah bisa dipesan dan bakal datang pada 2021. Sayang, langsung ludes terjual saat dibuka pemesanan.
Hypersport HS dan Premier mengadopsi desain sport fairing murni. Dibangun juga dalam interpretasi modern. Panel-panel sekeliling membuat siluet dramatis. Apalagi lampu LED berbentuk X di depan. Futuristik.
Hasil ekstraksi daya diklaim menyentuh 200 Tk. Angka segitu benar-benar besar. Menyetarai Kawasaki Ninja H2 yang dijejali supercharger. Dan secara bersamaan, baterai-nya kuat melaju sampai 320 km. Impresif.
Antara versi HS dan Premier sebetulnya tak memiliki diferensiasi fisik kentara. Namun masing-masing dijual dalam selisih Rp 220 juta (Rp 369 juta – Rp 590 juta). Tentu bukan hanya untuk mengakomodir tampilan. Varian Premier mendapat suspensi depan dan belakang buatan Ohlins, berikut paket rem dari Brembo. Model swing arm single sided juga termasuk dalam paket. Berkali lipat lebih serius dari HS.
Sumber: Oto.com