Liputan6.com, Jakarta - Hyundai Motor Group mengenalkan teknologi AC termutakhir yang mampu menyemburkan udara berkualitas dalam kabin.
Pengatur suhu ruangan mobil menjadi komponen utama untuk menjaga kualitas udara. Bagaimana tidak, sistem menyedot hawa dari luar dan kemudian menerjemahkan jadi aliran angin sejuk.
Advertisement
Baca Juga
Dengan demikian, translasi sistem turut menentukan seberapa baik kebersihan udara kabin. Nah, Hyundai sendiri siapkan tiga fitur utama agar kualitas semakin terjaga.
After-Blow
Bau mengindikasikan kontaminasi dalam udara. Kendati begitu, siapa suka AC bau apalagi lembab? Ketika hal itu terjadi, ada kemungkinan evaporator kotor.
Pasalnya, sebelum memasuki kabin, udara harus melewati kisi evaporator agar jadi dingin. Kelembaban akibat kondensasi di perangkat ini sendiri menjadi tempat bersarang jamur dan bakteri saat AC beroperasi, lantas mencipta bau tak sedap.Â
Teknologi ciptaan Hyundai berfungsi untuk meminimalisir bau. After-Blow, bakal mengeringkan kondensasi pada evaporator sekaligus menekan pertumbuhan lumut di sistem.
Setelah 10 menit mobil berhenti, blower AC kembali aktif mengeringkan sisa-sisa air di permukaan. Teknologi ini mengusung sistem Intelligent Battery Sensor (IBS), hanya mengalirkan listrik ketika cuaca panas dan kondisi baterai penuh.
Â
Multi-Air Mode
Dalam sistem konvensional, angin dingin disemburkan melalui kisi AC utama. Langsung menembak sesuai arah. Tapi tidak di sistem kembangan Hyundai.
Diberi nama Multi-Air Mode, volume tetap sesuai keinginan hanya saja semburan dialirkan melewati berbagai titik lain di samping ventilasi normal. Sebagian dipindah menuju Micromulti Air Holes sehingga angin keluar lebih lembut dan tidak menusuk.
Sistem tidak bekerja secara permanen. Mode ini dapat diaktifkan jika penumpang merasa terganggu dengan aliran yang menyasar satu titik saja.
Â
Advertisement
Fine Dust Indicator
Fitur terakhir adalah Fine Dust Indicator, berguna memberikan informasi terkait konsentrasi polusi. Indikator menampilkan seberapa banyak partikel debu superhalus (PM 2.5) dalam kendaraan lewat satuan μg/m3 dan warna.
Biru menunjukkan tingkatan ‘baik’ (0-15 μg/m3), hijau untuk ‘cukup’ (16-35 μg/m3), jingga sama dengan ‘buruk’ (36-75 μg/m3), dan merah sudah pasti ‘sangat buruk’ (lebih dari 76 μg/m3).
Jika sensor menilai kontaminasi melebihi 36 μg/m3, air-cleaning system otomatis beroperasi. Volume udara langsung diposisikan antara tingkat 3-8 kemudian mode semburan berpindah ke air-recirculation.
Berikut juga mengaktifkan pendingin untuk mengurangi kelembaban interior. Andai kualitas tidak kunjung membaik, ia mengingatkan pengguna agar segera mengganti filter atau membersihkan jok dan karpet.
Ketiga teknologi anyar ini akan disematkan pada beberapa model teranyar Hyundai di Korea. Baru setelah itu, digencarkan pula keluar kandang. Dikabarkan Kia dan Genesis ikut dibekali teknologi serupa di masa mendatang.
Sumber: Oto.com