Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu hand sanitizer yang disimpan di dalam mobil dituduh menjadi menyebab kebakaran. Menurut Direktur Technical Services National Fire Prevention Agency Guy Colonna, hal tersebut rupanya tidak benar.
Dilansir thedrive, menurut Colonna, temperatur yang bisa mendorong hand-sanitizer menyulut terjadinya api secara spontan adalah di atas 700 Fahrenheit atau 371 derajat Celcius. Nah, untuk bisa mencapai suhu setinggi itu, sanitizer harus memiliki kemampuan memanaskan sendiri (self-heat), yang mana hal itu tidak mungkin terjadi.
Pada suhu setinggi itu, yang harus kita khawatirkan bukan sanitizer-nya, justru mobilnya yang bisa meleleh, ujar Direktur Lembaga Pemadam Kebakaran Amerika Serikat itu. Bahan plastik biasa yang dapat meleleh oleh temperatur jauh di bawah 371 derajat Celcius malah bisa menjadi titik api yang membuat hand-sanitizer terbakar.
Advertisement
Hand-sanitizer memang bisa mengeluarkan uap yang menyulut nyala api pada temperatur ruangan, tapi harus terpapar dengan suhu ekstrem untuk bisa menyala atau karena disulut oleh api. “Api bisa menyulut kebakaran. Tapi suhu panas di dalam mobil tak bisa,” ujarnya.
Bahkan, tambahnya, di kalangan komunitas pemadam kebakaran terjadi silang pendapat tentang kaca mobil maupun bahan plastik bisa mempertinggi panas dari sinar matahari. “Panas dari matahari mungkin dipertinggi oleh kaca mobil atau botol hand sanitizer itu sendiri, tapi itu belum cukup untuk menyulut munculnya api. Dari hasil pengujian, panasnya memang bisa mencapai 149 – 204 derajat Celcius (300 – 400 derajat Fahrenheit), tapi masih jauh dari 371 derajat Celcius untuk bisa menyulut munculnya api.”
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Keampuhan Hand-Sanitizer Berkurang
Jadi mitos bahwa hand-sanitizer bisa membuat mobil terbakar sudah terbantahkan. Bahkan dalam suhu yang panas, suhu mobil tidak mungkin cukup panas menyulut hand-sanitizer mengeluarkan api. Untuk lebih mengetahui hal ini, pembaca bisa menonton animasi dari General Motor yang memperlihatkan suhu di dalam mobil bisa naik secara cepat, tapi tak akan mendekati suhu yang dibutuhkan untuk hand-sanitizer mengeluarkan api.
Menurut Colonna, paling dampak yang ditimbulkan oleh panas di dalam mobil itu akan mengurangi efektifitas pembersih tangan itu di dalam membunuh kuman dan virus. “Suhu di atas level temperatur ruangan akan menyebabkan alkohol menguap dan membuat keampuhan sanitizer di dalam membunuh kuman menjadi lemah,” jelasnya.
Advertisement
Cara Tepat Menyimpan Hand-Sanitizer
Ada juga hand-sanitizer yang mengandung hydrogen peroxide, yang malah terurai jika terpapar sinar Ultra-Violet. Jadi pada dasarnya panas dan cahaya – yang sangat berlimpah di negeri tropis seperti Indonesia – menyerang bahan aktif di hand-sanitizer sehingga kemampuannya dalam membunuh virus dan kuman menjadi kurang efektif jika terpapar cukup lama.
Para ahli menyarankan agar hand-sanitizer itu disimpan di dalam ruangan atau tempat bersuhu 7 – 23 derajat Celcius. Kalau pun Anda harus menyimpan hand-sanitizer di dalam mobil, simpan di konsol tengah atau di tempat penyimpanan. Lebih baik membawa hand-sanitizer di dalam botol kecil yang bisa di-refill daripada di dalam botol besar dan disimpan di dalam mobil untuk waktu yang lama. Atau jangan juga simpan berbotol-botol pembersih tangan yang mengandung alkohol di dalam mobil atau konsol tengah.
Kita tidak tahu sampai kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir. Mungkin Ia akan seperti penyakit flu lainnya, yang hidup di dalam lingkungan kita sampai masa yang akan datang. Dan hand-sanitizer kayak bakal menjadi salah satu benda wajib yang kita bawa kemana-mana. So guys, hati-hati saja dan waspada.
Sumber: Carvaganza