Liputan6.com, Jakarta Sekarang terlihat jelas persaingan dunia otomotif untuk mengeluarkan model-model baru mobil listrik. Di Indonesia, baru saja Nissan Kicks e-Power meluncur dengan konsep mesin konvensional menyuplai listrik ke baterai.
Konsenya tidak seperti kebanyakan kerja mobil listrik, tepatnya mobil hybrid yang mengkombinasikan kerja mesin konvensional dan motor listrik. Cukup unik apa yang dikembangkan Nissan.
Advertisement
Baca Juga
Ternyata, pabrikan asal Jepang ini telah lama berkecimpung dalam teknologi mobil listrik. Di awali pada 1974, saat Nissan mengenalkan Laurel C130-EV.
Mobil itu semula dikembangkan Prince Motor Company. Lantas pada 1966 Nissan membeli perusahaan tersebut. Hingga kini ada tiga jenis teknologi mobil listrik disediakan. Mau tahu teknologi listrik apa saja yang sekarang dimiliki dan dikembangkan Nissan? Simak ulasan berikut:
Â
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
e-Powertrain
Teknologi Nissan ini mengandalkan motor listrik, tanpa imbuhan mesin pembakaran. Dapat ditemukan pada Nissan Leaf yang telah dipasarkan sejak lama, dan Ariya. Versi listrik Nissan Evalia pun ada. Konfigurasi tak hanya ramah lingkungan, tapi juga menyuguhkan performa mumpuni. Unit penggerak tertanam dalam serangkaian perangkat, untuk menyalurkan dan memanen energi. Adalah inverter, reduction drive dan power delivery module (PDM).
Masing-masing memiliki fungsi sebagai berikut. Inverter mengakomodasi dinamo dalam mengonversi arus langsung menjadi bolak-balik ketika berkendara. Sebaliknya saat regenerasi. Untuk reduction drive merupakan modul yang mengatur rotasi motor dan mengirimkan daya ke roda. Mirip seperti transmisi konvensional. Sedangkan Power Delivery Module adalah unit yang terintegrasi charger. Melindungi baterai dicas dengan beragam konfigurasi pengisian daya.
Baterai sendiri dibentuk dari material lithium-ion yang dilaminasi. Terdiri dari 48 paket empat sel ditempatkan di lantai. Sehingga mengoptimalkan kelapangan kabin. Keberadaannya tak cuma sebagai sumber energi, tapi juga membantu dalam menjaga kestabilan mobil. Lantaran menggantikan bobot yang hilang dari absennya enjin.
Advertisement
FR Hybrid System (Intelligent Dual Clutch Control)
Ini adalah sistem hybrid konvensional Nissan. Namun, punya spesifikasi berbeda dengan hybrid umumnya. Konfigurasinya unik, dilengkapi motor listrik terapit dua kopling. Perangkat itu menggantikan torque converter yang biasanya ditempatkan di antara mesin dan transmisi. Sehingga tak membutuhkan tambahan dinamo sebagai pengisi daya baterai.
Ada beberapa skema kinerja hybrid milik Nissan. Ketika ingin mengandalkan motor listrik, clutch yang menghubungkan transmisi bakal aktif. Sementara kopling dari mesin melepaskan diri. Di sini baterai menjadi satu-satunya penyuplai energi.
Jika kedua clutch memutar, ada dua skema tercipta. Pertama, motor gerak dan mesin pembakaran bekerja memutar roda. Ini cocok untuk berakselerasi lebih cepat karena total power dan torsi terdistribusi semua. Kedua, dapur pacu konvensional bertindak sebagai genset sekaligus penggerak. Motor tetap aktif karena disuplai energinya dari jantung mekanis, kemudian disimpan ke baterai.
Mobil pun menyuguhkan pengalaman berkendara bervariasi. Rasa mulus tersaji, tapi tetap menciptakan akselerasi bertenaga karena dukungan mesin. Tak hanya itu, bobotnya lebih ringan. Lantaran berkurangnya pemakaian komponen. Teknologi ini sendiri dapat ditemukan pada X-Trail. Tapi model T32 non-facelift dan sayang penjualannya tidaklah menggembirakan.
e-Power
Teknologi ini tetap mengandalkan dua jantung mekanis. Namun, mesin pembakaran bekerja hanya sebagai pembangkit listrik. Alasannya sederhana, Nissan ingin memberikan pengalaman berkendara bak elektrik murni. Seperti torsi melimpah yang keluar instan dan perjalanan sunyi. Tapi tetap memberikan ketenangan dan kenyamanan, mengingat keterbatasan infrastruktur.
Soalnya inovasi ini mengeliminasi charging eksternal. Artinya mobil hanya perlu diisi bensin. Jadi tak perlu repot mencari sumber listrik untuk mencas. Daya bertualang pun mumpuni. Biasanya struktur ini membutuhkan motor besar, karena memberikan input langsung ke roda. Nissan mampu menemukan formulasi agar perangkat tetap kompak dan berbobot seringan mungkin. Serta menciptakan unit lebih responsif dan memiliki optimisasi manajemen energi. Selain itu, gawai yang dibenamkan ke Note, Kicks dan Serena ini tak membutuhkan baterai besar seperti pada Leaf.Â
Sumber: Oto.com (Hfd/Odi)
Advertisement