Liputan6.com, Jakarta - Di bawah perusahaan induk baru Ninebot, Segway memperluas rangkaian produknya. Setelah sepeda listrik dan go-kart, Segway sedang merancang sepeda motor hybrid listrik-hidrogen yang dikabarkan meluncur pada 2023 mendatang.
Roda dua yang dijadwalkan meluncur dua tahun lagi dinamakan Segway Apex H2. Ia merupakan pengembangan dari Apex yang pernah dikenalkan pada 2019 dan melantai di Consumer Electronics Show (CES) 2020 Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat. Meski motor itu sudah melalui serangkaian uji, namun ditanggapi skeptis oleh masyarakat. Kini Apex datang lagi dengan entitas berbeda.
Jika direalisasikan, Apex H2 bakal menjadi roda dua Hybrid pertama di dunia yang menggunakan baterai kombinasi sel bahan bakar hidrogen. Ini adalah revolusi sejati di bawah payung Xiaomi. Mungkin banyak yang belum tahu. Perusahaan elektronik swasta dari Tiongkok itu telah mengakuisisi Segway pada 2015. Sedang ninebot ialah tim teknisi robotik asal Cina yang fokus pada pengembangan kecerdasan buatan dan perlindungan lingkungan. Sebagian aset Ninebot dipunyai Xiaomi setelah mereka melangsungkan proyek crowdfunding pada 2013.Â
Advertisement
Kembali ke Apex H2. Sepeda motor listrik dan hidrogen pertama ini mampu menghasilkan performa luar biasa, dan konsumsi bahan bakar sangat rendah. Diperkirakan kekuatan maksimumnya dapat mencapai 60 Kw (80 Hp) dan dapat berakselerasi dari 0 hingga 100 kpj hanya dalam 4 detik. Boleh dibilang tenaganya hampir sebanding dengan motor balap. Namun kecepatan maksimum yang dicapai kabarnya hanya 150 kpj. Spesifikasi keseluruhan memang belum terungkap sepenuhnya, tetapi pabrikankalau Apex H2 dapat membakar satu gram hidrogen per kilometer.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mesin Hibrida
Didukung oleh "mesin" hibrida yang menggunakan energi listrik dan hidrogen untuk memberi daya pada Apex H2. Selain baterai yang ada pada umumnya kendaraan ‘setrum’, dirinya juga dibekali tabung zat cair. Tentu dengan tingkat kepraktisan yang sama, bisa ditukar. Dan tetap mengandalkan stasiun pengisian ulang.
Latarbelakang inovasi ini dilakukan mengingat kurangnya infrastruktur stasiun pengisian daya listrik. Di beberapa negara bahkan sampai sekarang belum sepenuhnya memadai. Dengan mengandalkan sumber energi ganda, mungkin menjadi keuntungan tersendiri. Jika perusahaan dapat mewujudkan teori di balik Apex H2 menjadi praktik, itu bisa menjadi platform yang sangat menarik.
Apex H2 masih mengadopsi konsep yang sama, yakni Superbike. Secara keseluruhan memiliki desain agresif dan tegas. Tampangnya pun sporty dengan usungan full fairing. Dilengkapi lampu utama horizontal yang terintegrasi dengan bodi depan. Belakangnya lebih minimalis untuk memberikan kesan kendaraan masa depan. Dan tentu saja kedua pencahayaannya sudah berteknologi LED.
Bodi bagian tengah mengembung padat. Tentu saja untuk membungkus baterai berdimensi besar sekaligus tabung khusus hidrogen. Di beberapa bagian dicat warna kuning fluo yang mencerminkan kendaraan masa depan. Terdapat di tiap sisi fairing, ujung subframe dan bibir roda. Sementara peleknya tertutup rapi oleh cover berwarna hitam. Tak terlihat bagaimana sistem pengereman bekerja. Wajar, karena gambar yang tersiar masih berstatus prototipe sehingga belum terungkap secara gamblang.
Ia didukung penggunaan suspensi abnormal. Tidak seperti motor pada umumnya, ia justru mengandalkan lengan ayun satu sisi untuk menopang kedua roda. Sistem itu mirip dengan Rotationally Advanced Design Development (RADD) yang pernah digunakan untuk kuda besi pada purwarupa Yamaha GTS 1000 dan Morpho concept.
Teknologi hybridnya telah menimbulkan begitu banyak minat sejak pertama dirilis, sehingga orang-orang berjuang untuk mendapatkan satu unit kendaraan ini. Dari 1 April 2021 hingga 30 April 2021, perusahaan secara resmi membuka pemesanan untuk Segway Apex H2. Rencana produksi massal roda dua ini tidak hanya untuk membantu negara mencapai tujuan "otonomi dari batubara“, tapi juga untuk mengeksplorasi aplikasi energi bersih yang baru.
Sumber: Oto.com
Advertisement