Liputan6.com, Jakarta - CEO Ducati Claudio Domenicali pernah menyatakan "masa depan adalah listrik". Namun, hingga kini, Ducati belum memperlihatkan tanda-tanda akan membuat motor listrik.
Padahal pada 2019 Ducati mengonfirmasi segera memulai produksi kuda besi ramah lingkungan pertamanya. Pengumuman itu juga sempat menimbulkan kehebohan di industri roda dua karena tidak ada indikasi sebelumnya bahwa pabrikan Italia itu telah membuat purwarupa motor niremisi.
Baca Juga
Pada akhir April 2021, VP penjualan global Ducati dan anggota dewan, Francesca Milicia menginformasikan kalau gagasan sepeda motor listrik Ducati bisa datang kapan saja. Meski model itu tidak ada dalam rencana perusahaan.
Advertisement
"Akankah kami segera memproduksi Ducati listrik? Tidak. Kami masih berfokus pada jenis mesin yang diproduksi sekarang. Sepeda motor listrik tidak dapat menjamin kesenangan, jarak tempuh, bobot, yang diharapkan para pengendara Ducati di sluruh dunia," katanya.
Ducati punya alasan. Mereka mengatakan yang perlu dicermati dari motor listrik adalah perkembangan komponen pendukung, seperti baterai dan kemampuan motor penggerak. Hal itu menjadi pertimbangan utama agar dapat mempertahankan keunggulan tradisional yang dimiliki motor-motor Ducati.
Penghalang Utama
Ducati tidak ingin peralihan ke kuda besi niremisi justru mengorbankan performa dan ketangguhan yang selalu ditawarkan oleh motor-motor buatan Bologna. Menurut mereka, baterai menjadi penghalang utama.
Buntut dari komentar Francesca, sang CEO akhirnya ikut menguatkan alasan mengapa pabrikan asal Italia tidak membuat kemajuan apa pun untuk produksi motor listrik.
"Katakanlah saat ini kerumitan utama pembuatan sepeda motor listrik dengan performa dan otonomi tinggi terletak pada baterai. Jadi kami mengikuti dengan penuh perhatian evolusi komponen ini. Dan saat ini kami sedang mengevaluasi berapa jumlah energi yang dapat disimpan dalam baterai," ungkap CEO Ducati Claudio Domenicali.
Klaim Domenicali bahwa baterai lithium-ion belum cukup canggih untuk menyediakan energi dan kinerja yang cukup. Selain itu, alat penghimpun daya yang ada sekarang bobotnya terbilang berat. Oleh karena itu, diperlukan kompromi antara otonomi dan ukuran baterai.
Â
Sumber: Oto.com
Advertisement