Liputan6.com, Jakarta - Jika Indonesia baru memulai era elektrifikasi kendaraan, lain halnya dengan China. Kendaraan listrik di Negeri Trai Bambu justru membludak. Saking banyaknya kendaraan listrik yang beredar dari beragam merek membuat pemerintah China pusing.
Mengutip fortune.com, Jumat (17/9/2021), di negara China terlalu banyak merek mobil listrik. Dari skala industri otomotif besar hingga perusahaan kecil memproduksi kendaraan listrik. Sebagian diantaranya bangkrut akibat kalah bersaing.
Baca Juga
"Ke depan, perusahaan mobil listrik harus menjadi besar dan lebih kuat. (Saat ini) kami mempunyai terlalu banyak perusahaan mobil listrik, banyak yang masih kecil (ukuran pabriknya) dan tersebar," ungkap Xiao Yaqing, Menteri Perindustrian dan Teknologi Informasi China.
Advertisement
Pertumbuhan industri kendaraan listrik yang begitu cepat dan massive di China dipicu pemberian relaksasi pajak perusahaan dan subsidi mobil listrik.
Peraturan yang telah diterapkan sejak tahun 2010 dimaksudkan untuk mendongkrak penjualan mobil listrik di China.
Setidaknya ada 300 merek mobil listrik di Tiongkok saat ini. Lantaran jumlahnya dinilai terlalu banyak, pemerintah China berencana menutup perusahaan-perusahaan atau industri otomotif berskala kecil. Mereka diminta untuk bergabung dengan brand otomotif yang lebih besar.
"Kami mendukung (perusahaan mobil listrik kecil) untuk merger dan restructuring efforts di sektor kendaraan listrik untuk lebih meningkatkan fokus pasar," tutur Xiao.
Selain itu pemerintah Pemerintah China telah menetapkan standar kapasitas produksi. Jika sebuah perusahaan dinilai tidak memenuhi standar tersebut, maka dilarang untuk membangun pabrik.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saham Mobil Listrik Turun
Setelah pernyataan Xiao Yaqing mengenai regulasi produksi, saham pada sejumlah merek mobil listrik di China turun. Sebagai contoh, saham BYD turun 4,4 persen, lalu Li Auto melorot 1,68 persen dan terakhir XPeng juga merosot 1,68 persen.
Meski mengalami penurunan saham, ketiga merek tersebut tetap tergolong sebagai perusahaan mobil listrik besar di Tiongkok.
Ke depannya, posisi mereka akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan yang baru saja merintis produksi kendaraan listrik.
"Saya tidak kaget jika banyak saham turun, tetapi secara keseluruhan saya melihat tiga produsen mobil listrik terbesar di Cina, Nio, Li Auto, dan XPeng, lebih menguntungkan dalam jangka panjang," tutup Tu Le, Founder and CEO of Auto Industry Consultancy, Sino Auto Insights.
Sumber: Otosia.com
Advertisement