Liputan6.com, Jakarta - Toyota, hari ini (1/3/2022), mengumumkan akan menutup sementara 28 jalur produksinya di 14 pabrik di Jepang. Hal tersebut, disebabkan oleh apa yang disebut raksasa otomotif ini sebagai kegagalan sistem dengan salah satu pemasoknya, Kojima Industries.
Dilansir Reuters, pabrik komponen yang dimaksud tersebut, yang memproduksi beragam suku cadang interior dan eksterior, serta beberapa komponen mekanis lainnya.
Baca Juga
Berbicara dengan Kojima, perusahaan yakin, ini adalah serangan dunia maya. Tidak satupun yang dapat memberikan keterangan, pelaku yang melakukan serangan tersebut.
Advertisement
Namun, kantor berita tersebut, bahwa Perdana Menteri Jepang, Fumio Kushida bahwa pemerintah akan menyelidiki kasus ini, serta kemungkinan ada keterlibatan dari Rusia.
Pekan lalu, Jepang memberlakukan sanksi terhadap Rusia, setelah keputusan untuk melakukan invasi ke Ukraina.
Penutupan pabrik Toyota ini, menyebabkan kerugian sekitar 13 ribu kendaraan. Sedangkan penutupan hanya dijadwalkan untuk shift pertama dan kedua. Tapi, belum diketahui pasti, apakah itu akan menjadi penutupan satu hari atau akan berlangsung lebih lama.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dampak Invasi Rusia ke Ukraina, Penjualan Mobil Dunia Bisa Berkurang 400 Ribu Unit
Perang Rusia dan Ukraina bisa berdampak kepada penjualan kendaraan ringan global pada tahun ini atau 2022. Hal tersebut, seperti diungkapkan konsultan industri otomotif JD Power dan LMC Automotive.
Disitat Reuters, para konsultan memperkirakan pemangkasan penjualan kendaraan ringan global dampak dari invasi Rusia ke Ukraina ini sebesar 400 ribu unit menjadi 85,8 juta unit. Selain itu, juga dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak dan alumunium yang dapat membuat konsumen enggan membeli mobil dan truk baru.
Pasokan dan harga kendaraan di seluruh dunia akan berada di bawah tekanan, berdasarkan tingkat kepadatan dan waktu konflik di Ukraina. Menurut Jeff Schuster, Presiden Operasi Amerika dan Perkiraan Kendaraan Global, di LMC Automotive.
Sementara itu, serangan Rusia di Ukraina menyebabkan harga minyak melonjak menjadi lebih dari US$100 per barel untuk pertama kalinya sejak 2014.
Saat ini, industri otomotif masih berjuang di tengah kekurangan chip global, yang memaksa para pabrikan mengurangi produksi meskipun harga mobil yang tinggi telah mengimbangi dampak itu sampai batas tertentu.
Advertisement