Liputan6.com, Jakarta - Ekspedisi Terios 7 Wonders yang diselenggarakan PT Astra Daihatsu Motor (ADM) di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), berlanjut, Jumat (25/3/2022). Setelah mengunjungi Danau Weekuri sebagai Wonders pertama, kini saatnya mengunjungi tiga destinasi berikutnya.
Ketiga Wonders tersebut ialah Kampung Adat Prai Ijing, Kampung Raja Prailiu, dan Bukit Tenau. Ketiganya memiliki kisah-kisah menarik dan untuk bisa mencapai tempat ini rombongan ekspedisi Terios 7 Wonders harus melalui jalan dengan kondisi yang beragam.
Wonders pertama yang disambangi di hari kedua ekspedisi adalah Kampung Adat Prai Ijing yang merupakan salah satu dusun di Desa Tebara, Kecamatan Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, NTT. Lokasinya 66 kilometer dari Danau Weekuri.
Advertisement
Dibutuhkan waktu dua jam perjalanan untuk bisa sampai ke sana. Untuk mencapai ke desa ini, akses jalannya tergolong mulus. Desa ini sendiri berada di dataran tinggi, alhasil jalannya berkelok dan naik turun khas pegunungan.
Karena akses jalan yang baik, kelima Daihatsu Terios yang menjadi teman bertualang tim ekspedisi tidak menemui kendala berarti.
Kembali ke Kampung Adat Prai Ijing, disebutkan, nama Prai Ijing sendiri berasal dari bahasa daerah Sumba. Prai memiliki arti kampung dan ijing berarti buah kedondong hutan.
Nama tersebut juga mencerminkan desa ini yang memang banyak terdapat pohon kedondong hutan di sekitarnya, dan berusia lebih dari 180 tahun.
Kampung Adat Prai Ijing memiliki filosofi khusus pada rumah adatnya. Di bagian depan, terdapat batu kuburan sebagai pengingat manusia tentang proses kelahiran dan kematian.
Kepala Desa Tebara Marthen R. Bira menyampaikan, Kampung Adat Praijing dihuni 300 jiwa yang terdiri dari 65 kepala keluarga. Adapun mata pencarian warga sehari-hari adalah bertani dan berternak.
Dirinya menyampaikan, sejak Kampung Adat Prai Ijing dijadikan desa wisata, ada tambahan pemasukan yang bisa dijadikan modal untuk membangun dan mensejahterakan desa.
"Tahun 2018 kami mendapat pemasukan Rp 58 juta, dan 2019 Rp 244 juta, cuma tahun berikutnya berkurang karena adanya pandem," kata Marthen.
Disebutkan, pemasukan itu berasal dari tiket masuk, penyewaan pakaian adat, kuliner, dan suvenir yang diniagakan masyarakat.Â
Â
Kampung Raja Prailiu
Setelahnya, rombongan melanjutkan perjalanan ke Kampung Raja Prailiu sebagai Wonders berikutnya. Desa pengrajin kain tenun asli Sumba ini berada di Kambera, Kabupaten Sumba Timur.
Sesampainya di Kampung Raja Prailiu, tim ekspedisi disuguhkan tarian adat khas Sumba.
Karyawati Liwar, Ketua RT dan juga Tokoh Adat menyampaikan 90 persen warga di Kampung Raja Prailiu adalah pengrajin tenun.
Di sini, rombongan juga diajak melihat proses penenunan kain secara langsung. Disebutkan, proses pembuatan kain tenun memakan waktu cukup lama, bisa sampai satu bulan.
Kain tenun yang dibuat juga beragam motifnya. Dan motif yang dibuat memiliki filosofi atau makna tersendiri.
Seperti halnya di Kampung Adat Prai Ijing, rumah Kampung Raja Prailiu juga memiliki tiga (3) bagian, yaitu bagian bawah tanah untuk ruang orang yang sudah meninggal, bagian tengah merupakan ruang untuk orang yang masih hidup, dan bagian atas untuk rumah bagi para dewa.
Â
Advertisement
Menikmati Senja di Bukit Tenau
Selesai mengeksplorasi Desa tersebut, rombongan melanjutkan perjalanannya untuk mengunjungi Wonders terakhir di hari kedua, yakni Bukit Tenau di Kelurahan Mauliru, Kecamatan Kambera.
Bukit ini merupakan, hamparan sabana yang menghijau dengan bentuk unik dan menarik, yang saling menyambung membentuk perbukitan, dan menyejukkan mata pengunjung yang melihatnya.
Bukit Tenau berjarak sekitar 15 kilometer dari Waingapu, dan dapat dicapai menggunakan kendaraan seperti mobil, atau sepeda motor.
Akses untuk menuju bukit ini cukup memacu adrenalin karena masih tanah bebatuan. Beruntung saat berkunjung cuaca cerah sehingga Daihatsu Terios mampu mendaki bukit tanpa kendala.Â
Berbekal ground clearance setinggi 220 mm, mobil ini dapat dengan mudah melewati gundukan tanah dan bebatuan.
Sesampainya di Bukit Tenau, tim ekspedisi menikmati senja hingga matahari terbenam.Â
Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19
Advertisement