Sukses

Pelajari Jalur Alternatif Sebelum Berangkat Mudik Lebaran 2022, Ini Manfaatnya

Berdasarkan beberapa data yang dirilis oleh pemerintah, volume kendaraan pada musim mudik Lebaran 2022 diprediksi bakal ada peningkatan sebesar 15 persen dibanding tahun 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan beberapa data yang dirilis oleh pemerintah, volume kendaraan pada musim mudik Lebaran 2022 diprediksi bakal ada peningkatan sebesar 15 persen dibanding tahun 2019.

Dengan begitu, maka volume kendaraan pun akan semakin memadati rute yang kerap digunakan oleh pemudik. Ambil contoh, rute favorit adalah destinasi mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, sampai Jawa Timur.

Menanggapi fenomena meningkatnya volume kendaraan yang mudik, Sony Susmana dari Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia, berharap hal tersebut dapat diantisipasi lewat beberapa rencana yang akan dijalankan oleh pemerintah.

"Sebenernya gini, pemerintah kan sudah melakukan rekayasa lalu lintas untuk mudik 2022. Ada ganjil-genap, ada contra flow, ada one way, harapannya sih tidak terjadi stuck ya," buka Sonny, kepada Liputan6.

Menurutnya, salah satu hal yang menjadi faktor keberhasilan menekan volume adalah cuti bersama yang telah ditetapkan mulai 29 April 2022.

"Dan tahun ini liburnya 2 hari sebelum Lebaran, jadi orang punya waktu sebelum mepet-mepet deket tanggal 1," sambungnya.

Meski demikian, Sony, juga berpesan kepada para pemudik di mana jika memang jalan tol sudah begitu padat dan volume kendaraan begitu ramai, tidak ada salahnya untuk keluar dan mengambil jalur alternatif.

"At least kita bicara kalau sampai stuck, memang tidak ada alternatif lain. Tapi kalau masih ada kesempatan untuk keluar tol, jangan sungkan-sungkan atau ragu untuk ambil jalur alternatif non tol. Nah itu tidak ada masalah, tapi balik lagi gimana nanti kondisinya, jadi enggak melulu lewat tol. Kenapa? Yang penting adalah bagaimana mudik ini bisa sehat, bisa irit dan selamat sampai tujuan," bebernya.

Pemerintah melalui operator jalan tol, yakni Jasa Marga, memang telah mempersiapkan beragam cara untuk memberikan layanan prima untuk kenyamanan dalam mudik 2022.

Beberapa caranya adalah dengan memperlebar lajur di beberapa sektor, dari tiga lajur menjadi empat lajur. Namun, hal ini tentu bukan jaminan 100 persen bisa menekan volume kendaraan yang ada di jalan tol.

Melalui skema penerapan seperti one way, contra flow, serta ganjil genap diharapkan efektif dan nantinya akan dilakukan sesuai dengan diskresi dari pihak kepolisian.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Bahaya Microsleep dan Highway Hypnosis

Di tengah euforia pulang kampung ini, Sony Susmana, Director Training Safety Defensive Consultan Indonesia, berpesan bahwa ada dua hal yang harus diantisipasi oleh pemudik yang menggunakan mobil dan melintas di jalan tol.

Dalam bincangnya bersama Liputan6, Sony, menjelaskan dua bahaya yang siap mengintai pemudik adalah microsleep dan highway hypnosis.

"Ketika kita mengemudi sudah dibatasin, itu kecepatan mobil kan seperti disandera, 90 sampai 100 kpj. Dengan 100 kpj saja kadang sudah dapat surat cinta (tilang -red). Nah begitu tersandera, itu akan terkena dua masalah, yaitu microsleep sama highway hypnosis. Itu ngeri banget dampaknya, dan potensi kecelakaannya besar banget," buka Sony, kepada Liputan6.

Sementara itu, Sony, juga menjelaskan apa yang dimaksud dengan highway hipnotize tersebut. Ini adalah sebuah fenomena yang membuat pengemudi terasa dihipnotis oleh skema perjalanan mudik yang menjenuhkan.

"Highway hypnosis itu adalah ketika orang dibatasin kecepatannya, dia akan lama-lama jenuh dengan gambaran jalan tol yang itu-itu saja. Pager, rata, kadang-kadang menyilaukan, dan dia terhipnotis. Potensi yang paling besar adalah nabrak belakang, itu kenapa banyak sekali mobil nabrak buntut bus atau kendaraan lain di depan," pungkas Sony.

3 dari 3 halaman

Infografis Peta Jalur Mudik Lebaran 2022 Rawan Bencana di Pulau Sumatra