Liputan6.com, Jakarta _ Nissan March tidak akan dijual lagi di Jepang. Nissan Motor Co. mengakhiri penjualan mobil kompak ikoniknya itu dikarenakan popularitasnya telah memudar setelah 40 tahun sejak pertama diluncurkan.
Pabrik di Thailand, yang memproduksi model tersebut saat ini, telah mengakhiri produksi Nissan March untuk pasar Jepang, kata sumber yang mengetahui masalah tersebut, seperti dilaporkan Kyodo, Minggu (4/9/2022). Meski begitu, Nissan akan tetap melanjutkan penjualan March di luar Jepang dengan nama Micra.
Baca Juga
Menurut Asosiasi Diler Mobil Jepang, penjualan domestik Nissan March mencapai sekitar 8.800 unit pada 2021. Itu hanya sekitar 10 persen dari volume penjualan mobil kompak andalan Nissan, Note, pada tahun yang sama, yaitu sekitar 90 ribu unit.
Advertisement
Keputusan tersebut merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mempersempit lini produknya dan memfokuskan sumber dayanya pada kendaraan listrik di tengah peraturan emisi karbon yang lebih ketat di seluruh dunia.
Nissan telah berjanji untuk menginvestasikan 2 triliun yen (14 miliar dolar AS) untuk elektrifikasi pada tahun fiskal 2026, sambil berencana untuk meluncurkan 15 kendaraan listrik baru pada tahun fiskal 2030.
Penjualan domestik kumulatif Nissan March yang pertama kali diluncurkan di Jepang pada 1982 itu mencapai sekitar 2,57 juta unit.
Kemampuan manuver dan gaya eksteriornya yang bulat membhat Nissan March memiliki banyak penggemar di Jepang, termasuk wanita. Namun, daya tariknya telah memudar dalam beberapa tahun terakhir setelah menghadapi mobil kompak saingan yang lebih baru seperti Yaris dari Toyota Motor Corp dan Fit dari Honda Motor Co.
Model Nissan March saat ini mulai dijual pada 2010 sebagai iterasi keempatnya. Produksi kendaraan untuk dijual di Jepang dipindahkan ke Thailand untuk meningkatkan daya saing biaya.
Â
Nissan Qashqai Jadi Idola Baru
Teknologi e-Power yang diusung oleh pabrikan Nissan, rupanya berhasil memikat para konsumen otomotif. Salah satunya adalah konsumen Australia, di mana model terbaru Nissan Qashqai yang telah dibenamkan teknologi tersebut berhasil menjadi idola baru.
Meskipun secara resmi harga untuk model tersebut belum diumumkan, namun konsumen sudah rela mengantre untuk mendapatkan SUV kecil baru tersebut yang tersemat teknologi hybrid didalamnya.
Rupanya, salah satu alasan Nissan Qashqai e-Power ini begitu digandrungi oleh konsumen domestik adalah, ini merupakan model pertama di Australia yang menampilkan teknologi hybrid non plug-in yang menggunakan motor listrik untuk menggerakkan roda.
Mendapati antusias yang begitu besar, Managing Director Nissan Australia, Adam Paterson, menjelaskan lewat teknologi hybrid yang inovatif ini menjadi salah satu daya tarik konsumen untuk meminang mobil tersebut.
Â
Advertisement
Teknologi e-Power Nissan
"Ini akan memakan waktu beberapa bulan untuk memenuhi pesanan pelanggan yang kami miliki sekarang," ungkap Paterson, menanggapi banyaknya konsumen yang telah melakukan pemesanan model Nissan Qashqai e-Power.
Secara teknis, teknologi e-Power yang diboyong oleh Nissan ini jelas berbeda dari rival mereka, seperti Toyota. Pada model tersebut, mereka masih menggunakan mesin bensin dan motor listrik untuk menggerakkan roda. Namun untuk e-Power sendiri hanya menggunakan motor listrik untuk menggerakkan mobil.
Kehadiran mesin bensin yang ada di ruang mesin, murni sebagai generator untuk menghasilkan listrik, sehingga memungkinkan disetel untuk efisiensi untuk tugas khusus itu. Dengan pola seperti itu, maka motor listrik ini tidak dapat diisi ulang secara eksternal, tetapi justru diisi melalui mesin bensin.
Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia
Advertisement