Sukses

Rugi Besar, Hyundai Mempertimbangkan Jual Pabrik di Rusia

Hyundai Motor Korea Selatan tengah mempertimbangkan pilihan untuk operasi di Rusia, yang mencakup penjualan pabriknya

Liputan6.com, Jakarta - Hyundai Motor Korea Selatan tengah mempertimbangkan pilihan untuk operasi di Rusia, yang mencakup penjualan pabriknya. Hal tersebut dilaporkan media lokal, Selasa (18/10/2022).

Banyak pabrik di Rusia yang telah menangguhkan produksi, dan cuti pekerja karena kekurangan peralatan berteknologi tinggi karena sanksi dan eksodus pabrikan barat, sejak Moskow mengirim angkatan bersenjata ke Ukraina, pada 24 Februari 2022.

"Kami memperkirakan bahwa Hyundai dan Kia bersama-sama dapat dapat mengalami setidaknya kerugian 450 miliar won tahun ini karena lingkungan bisnis di Rusia," ujar Esther Yim, seorang analis di Samsung Securities.

Hyundai Motor menangguhkan operasi di pabrik Rusia pada Maret, dan pengajuan peraturan dari perusahaan menunjukkan tidak ada penjualan mobil di negara tersebut pada Agustus dan September.

"Meskipun masih belum jelas apa yang akan dilakukan Hyundai dengan pabriknya di Rusia, Hyundai memiliki banyak faktor untuk benar-benar keluar dari Rusia, seperti situasi keuangan dan hubungannya dengan Rusia dan Amerika Serikat," tambah Jin-Woo, Seorang Analis di Korea Investment & Securities.

Pekan lalu, Nissan Motor mengatakan akan menyerahkan bisnisnya di Rusia kepada entitas milik negara hanya sebesar 1 euro atau Rp 14 ribu.

2 dari 2 halaman

Nyerah di Rusia, Nissan Terpaksa Jual Pabrik

Nissan Motor Co akan menyerahkan bisnisnya di Rusia, kepada badan usaha milik negara. Pabrikan asal Jepang ini, mengalami kerugian di negara tersebut dengan total mencapai Rp10,5 triliun.

Disitat dari Reuters, Rabu (12/10/2022) Nissan mentransfer sahamnya di Niisa Manufacturing Russia LLC ke NAMI milik negara.

Kesepatakan tersebut, akan memberi Nissan hak untuk membeli kembali bisnisnya dalam waktu enam tahun. Demikian disampaikan Kementerian Industri dan Perdagangan rusia.

Sementara itu, dengan keputusan tersebut menjadi Nissan sebagai perusahaan besar baru yang meninggalkan Rusia, sejak Moskow mengirimkan puluhan ribu tentara ke Ukraina, pada Februari 2022.

Hal ini juga mencerminkan langkah pemegang saham utama Nissan, produsen mobil Perancis Renaul yang menjual saham mayoritasnya di pabrikan mobil Avtovaz kepada investor Rusia, pada Mei lalu.

Penjualan ke NAMI, akan mencakup fasilitas produksi dan penelitian Nissan di St Petersburg, serta pusat penjualan dan pemasarannya di Moskow. Nissan memperkirakan kerugian sekitar Rp 10,5 triliun, tetapi mempertahankan perkiraan pendapatannya untuk tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2023.

Nissan sendiri telah menangguhkan produksi di pabrik St Petersburg pada Maret lalu, karena gangguan rantai pasokan. Sejak saat itu, Nissan dan unit lokalnya memantau situasi, tetapi tidak ada visibilitas pada lingkungan internal.