Sukses

Pertama di Indonesia, DFSK Sulap Gelora E Jadi Ambulans Listrik

DFSK menunjukan komitmen secara kuat dalam memacu era elektrifikasi di Indonesia dengan berbagai teknologi

Liputan6.com, Jakarta - DFSK menunjukan komitmen secara kuat dalam memacu era elektrifikasi di Indonesia dengan berbagai teknologi. Sejumlah kendaraan penumpang dengan teknologi listrik murni sudah diperkenalkan, dan bahkan DFSK menjadi pabrikan otomotif pertama di Indonesia yang memasarkan kendaraan komersial ringan listrik.

Salah satu yang terbaru adalah DFSK Gelora E dijadikan ambulans listrik pertama di Indonesia. Ambulans yang ditawarkan ini dikembangkan oleh DFSK, dengan menggandeng mitra karoseri khusus kendaraan ambulans yakni Cahaya Kurnia Mandiri (CKM).

"Ambulans DFSK Gelora E saat ini menjadi ambulans listrik pertama dan satu satunya di Indonesia, untuk mendukung transisi menuju zero emission," ungkap Marketing Head PT Sokonindo Automobile, Achmad Rofiqi, dalam keterangan resmi yang diterima Liputan6.com, Rabu (19/10/2022).

Saat ini terdapat tiga ambulans yang beroperasi di Indonesia sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Tiga ambulans itu yakni ambulans gawat darurat, ambulans transportasi, dan ambulans jenazah. Masing-masing ambulans memiliki fungsi berbeda sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan.

Penggunaan DFSK Gelora E Ambulans dapat diterapkan untuk ketiga jenis fungsi tersebut, sebagai kendaraan listrik kesehatan pertama di Indonesia.

DFSK Gelora E sendiri didukung dengan pengisian fast charging sebanyak 20 sampai 80 persen hanya membutuhkan waktu 80 menit, dengan jarak tempuh berkendara hingga 300 km.

2 dari 2 halaman

Biaya Operasional

Sedangkan untuk pengisian reguler, DFSK Gelora E memiliki pengisian normal yang cocok untuk lingkungan listrik rumah tangga dengan rata-rata 220V 16A.

Dari segi ukuran, DFSK Gelora E memiliki dimensi 4.500mm x 1.680mm x 2.000mm (PxLxT) yang memberikan kabin ekstra luas dan lapang, serta dipadukan dengan kemampuan berkendara yang bisa diandalkan.

DFSK Gelora E cukup membutuhkan biaya energi sebesar Rp 200 per kilometer, atau setara dengan 1/3 dari biaya operasional kendaraan komersial konvensional.