Sukses

Stellantis Resmi Bercerai dari GAC Akibat Buruknya Penjualan di Cina

Stellantis sebagai induk perusahaan yang menaungi beberapa brand otomotif di dunia, termasuk brand Jeep, akhirnya mengonfirmasi bahwa kerja sama yang terjalin antara mereka dengan Guangzhou Automobile Group (GAC) akan berakhir lantaran mereka mengajukan kebangkrutan.

Liputan6.com, Jakarta - Stellantis sebagai induk perusahaan yang menaungi beberapa brand otomotif di dunia, termasuk brand Jeep, akhirnya mengonfirmasi bahwa kerja sama yang terjalin antara mereka dengan Guangzhou Automobile Group (GAC) akan berakhir lantaran mereka mengajukan kebangkrutan.

Dilansir dari Carnewschina, Jeep mengatakan sepanjang paruh pertama tahun 2022 mereka telah kehilangan pasar dan mengakibatkan perusahaan terus merugi.

Dalam sebuah pernyataan resminya, Stellantis menyatakan bahwa GAC telah menyetujui pengajuan kebangkrutan dalam konteks merugi. Mereka juga mengungkapkan bahwa meskipun tidak lagi memproduksi mobil, namun pelanggan jip di Cina akan tetap mendapatkan pelayanan untuk perawatan kendaraan mereka.

Melihat penjualan mobil Jeep di Cina dari tahun ke tahun, memang mengalami depresiasi yang begitu besar. Pada 2021 lalu, usaha patungan tersebut hanya mampu menjual sebanyak 20.396 unit dibandingkan tahun sebelumnya. Padahal, pada 2020, penjualan yang dibukukan adalah sebesar 40 ribu unit lebih.

Meski demikian, dari data yang dirilis, market share yang mereka dapatkan tidak pernah mencapai margin yang besar. Pada 2021 lalu saja, mereka hanya mendapatkan market share sebesar 0,10 persen.

Dalam keterangannya, CEO Stellantis, Carlos Tavares, menyatakan bahwa pengaruh iklim politik yang berkembang menjadi salah satu penyebab tidak kondusifnya pasar otomotif.

"Pengaruh politik yang berkembang memainkan peran besar dalam cara perusahaan melakukan pendekatan bisnis dengan mitra Cina dalam lima tahun terakhir," jelas Carlos Tavares.

2 dari 2 halaman

Jeep Akan Dipasarkan dengan Status CBU

Meski pasca pengumuman tersebut produksi Jeep di Cina tidak lagi dilanjutkan, namun untuk model-model yang akan datang, mereka akan memberlakukan sistem impor untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di kawasan tersebut.

Mengenai joint venture antara perusahaan asing dengan perusahaan lokal Cina, awalnya dilakukan sebagai syarat bagi produsen mobil luar untuk bisa berinvestasi di pasar otomotif Cina.

Untuk mengakses pasar mobil terbesar di dunia, maka merek asing tersebut harus berbagi nama merek, prestise dan teknologi mereka dengan pembuat mobil dari kawasan domestik.

Namun seiring berjalannya waktu, merek lokal Cina rupanya telah tumbuh dan mendapat kepercayaan dari pelanggan domestik sehingga mereka bisa bersaing dengan merek-merek Amerika atau Eropa.