Liputan6.com, Jakarta - Tren kendaraan listrik yang semakin masif di Indonesia, mendorong berbagai perusahaan untuk mencoba peruntungan di sektor ini. Salah satunya adalah Charged Indonesia.
Dan belum lama ini, Charged Indonesia menjalin kesepakatan bersama Vmoto Soco Group dengan klaim nilai valuasi 38 juta dolar AS atau sekitar Rp592 miliar. Besaran angka itu dipergunakan untuk mengembangkan bisnis EVaaS (Electric Vehicles as-a-Service) di Indonesia dan Asia Tenggara.
Sebelumnya Charged Indonesia mendapat suntikan dana investasi dari perusahaan asal Singapura, DeClout Ventures dengan nilai 4,5 juta dolar AS atau setara Rp70,4 milar sebagai bagian dari pendanaan putaran perdana.
Advertisement
"Company kita nilai evaluasinya sudah mencapai 38 juta dolar AS. Dari nilai itu kami memiliki 2 fasilitas, yang pertama fasilitas perakitan yang kita sebut sebagai Giga Shed dan yang kedua di Kemang sebagai kantor distribusi atau yang disebut e-Shed," kata Chief Commercial Charged Indonesia, Stefanus Widi di Cikupa, Tangerang, belum lama ini.
Pabrik Charged di kawasan industri, Cikupa, Tangerang memiliki total luas 16 ribu meter persegi dengan beberapa fasilitas yang dimilikinya. Pabrik ini juga mencakup pusat riset dan pengembangan yang diklaim 100 persen memanfaatkan energi terbarukan. Seluruh sumber listrik tidak dipasok oleh PLN melainkan pakai panel surya.
Sayangnya nilai spesifik investasi untuk pembuatan pabrik ini tak diungkap oleh Widi. Namun diketahui jika fasilitas pabrik Charged adalah hasil renovasi dari pabrik industri sebelumnya.
Charged dalam menawarkan produknya di Indonesia menggunakan basis motor listrik garapan VMoto Soco dari China. Baik dari komponen, rancang bangun, baterai, hingga teknologi yang diusung. VMoto juga dikatakan sebagai investor terbesar dalam bisnis Charged di Tanah Air.
“Kami sangat bangga menjadi bagian integral dari visi dan misi Charged untuk Indonesia seiring negara dengan populasi motor terbesar ke-3 di dunia ini bertransisi menuju mobilitas berkelanjutan yang mampu mendistribusikan 5-8 juta motor baru setiap tahunnya,” jelas Charles Chen, Managing Director Vmoto Soco Group.
Pabrik tersebut bakal digunakan untuk merakit motor listrik Charged Anoa, Rimau, dan Maleo. Namun sayang mayoritas komponen yang digunakan masih berstatus impor dari China.
Lokal konten atau Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dari keseluruhan model baru mencapai 20 persen. Adapun komponen yang sudah di lokalisasi adalah ban.
Menurut Widi, pada 2024 mendatang target TKDN yang ingin dicapai adalah 50 persen. "Dengan support dari Vmoto, kita membawa parts-nya dari China untuk assembly di sini. Tentu secara bertahap kita lakukan lokalisasi dari barang-barang lokal untuk menggerakan ekonomi yang ada di Indonesia," paparnya.
Terpesan Ribuan Unit
Widi mengklaim bila total pesanan dari 3 motor listrik Charged sudah menyentuh 1.200 unit sejak awal pengenalan Oktober lalu. Skema yang dipakai adalah sistem berlangganan Rp1,65 juta per bulan.
"Secara pelanggan memang variatif, ada personal, logistik, fleet, dan corporate fleet. Dari personal masih banyak melihat, banyak dari rekanan kita (perusahaan) yang ingin B2B dan ingin dalam jumlah yang banyak," katanya.
Dengan nominal biaya sewa tadi, para konsumen akan mendapat beberapa fasilitas selain unit kendaraan dan 1 baterai. Misalnya free asuransi, layanan bantuan darurat, servis gratis, bebas biaya penggantian komponen ban-rem, ganti baterai bila mengalami masalah, hingga menyediakan motor pengganti jika unit yang disewa mengalami malfungsi.
Motor listrik rakitan Charged Indonesia juga sudah berhasil diekspor ke Vietnam dan Thailand. Perusahaan berharap bila fasilitas perakitan ini bisa menjadi hub ekspor bagi pasar Asia Tenggara dan juga global.
Sumber: Oto.com
Advertisement